Liputan6.com, Brussels - Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan rekan-rekan NATO-nya akan mengadakan pertemuan puncak berikutnya yang dijadwalkan di Lithuania Juli mendatang, kata pejabat tinggi sipil aliansi militer itu, Rabu (9/11), sewaktu perang Rusia terhadap Ukraina memicu ketegangan keamanan di Eropa dan kawasan Atlantik Utara.
“Kami menghadapi situasi keamanan yang paling kompleks dan tak terduga sejak Perang Dingin,'' kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, saat mengumumkan bahwa kepala negara dan pemerintahan dari 30 negara anggota akan bertemu di ibu kota Lithuania, Vilnius, pada 11-12 Juli 2023.
Baca Juga
Stoltenberg mengatakan para pemimpin akan membahas cara-cara untuk meningkatkan pertahanan negara-negara anggota NATO yang berada di dekat Rusia dan Ukraina, dan melanjutkan dukungan mereka ke negara yang dilanda perang itu, dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (10/11/2022).
Advertisement
Mereka juga akan meninjau pengeluaran pertahanan, yang terus meningkat setelah Rusia mencaplok Semenanjung Krimea Ukraina pada 2014, dan kemudian meningkat tajam setelah Presiden Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari lalu.
Sekjen NATO: Saatnya Menyambut Finlandia dan Swedia Sebagai Anggota
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan pada Kamis (3/11) bahwa Swedia dan Finlandia berkomitmen untuk bekerja sama dengan Turki untuk mengatasi kekhawatirannya menjelang kemungkinan diterimanya kedua negara tersebut ke dalam aliansi itu.
“Sudah saatnya menyambut Finlandia dan Swedia sebagai anggota NATO,” ujarnya dalam konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu di Istanbul, dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (5/11/2022).
Erdogan menuduh Finlandia dan Swedia secara khusus memberikan perlindungan kepada gerilyawan Kurdi yang dianggap “teroris” oleh Ankara.
“Saya menyadari kekhawatiran Anda,” kata pemimpin NATO itu, menambahkan bahwa Finlandia dan Swedia ingin bekerja lebih erat dengan Turki untuk memerangi “terorisme.”
“Ini juga demi kepentingan mereka,” katanya.
Juni lalu, Turki, Swedia dan Finlandia mencapai kesepakatan, yang salah satunya mencakup ketentuan ekstradisi dan pembagian informasi.
Awal tahun ini, kedua negara Nordik itu mengabaikan kebijakan non-blok yang sudah lama mereka anut dengan mengajukan permohonan keanggotaan NATO akibat invasi Rusia ke Ukraina Februari lalu dan betapa hal itu mengubah kondisi keamanan Eropa.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga telah menerima permohonan dari Perdana Menteri Swedia yang baru, Ulf Kristersson, untuk mengunjungi Turki, seiring upaya Stockholm untuk mengatasi pemblokiran Ankara terhadap pengajuan keanggotaan NATO-nya.
Kristersson dijadwalkan mengunjungi Ankara Selasa (8/11) mendatang.
Advertisement
Jika Finlandia-Swedia Masuk NATO, Vladimir Putin: Kami Respons Sesuai Ancaman
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Senin (16/5) bahwa Moskow akan menanggapi jika Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan mengerahkan infrastruktur militer di wilayah Finlandia atau Swedia.
"Perluasan infrastruktur militer ke wilayah-wilayah ini tentu akan memicu respons kami, yang akan bergantung pada jenis ancaman yang akan ditimbulkan," kata Kremlin mengutip pernyataan presiden Vladimir Putin pada pertemuan puncak Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif di Moskow.
Dikutip dari laman Xinhua, Selasa (17/5/2022), Putin menambahkan bahwa masalah perluasan NATO sebagian besar dibuat-buat.
Selain itu juga digunakan oleh Amerika Serikat sebagai alat kebijakan luar negeri.
"NATO sedang digunakan sebagai instrumen kebijakan luar negeri oleh satu negara, dan ini dilakukan dengan cukup gigih, terampil dan sangat agresif," kata Putin.
Baik Finlandia dan Swedia telah mengumumkan keputusan untuk mengajukan keanggotaan NATO.
Pada Minggu kemarin, presiden Finlandia dan komite kebijakan luar negeri pemerintah mengambil keputusan resmi untuk memulai proses aplikasi negara itu untuk menjadi anggota NATO.
Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson akan mengumumkan keputusan resmi untuk memulai proses aplikasi negara untuk menjadi anggota NATO.
Wilayah Rusia dan Finlandia
Rusia, yang memiliki perbatasan darat yang panjang dengan Finlandia, mengatakan bahwa bergabung dengan aliansi transatlantik itu akan menjadi kesalahan bagi Helsinki dan itu akan merusak hubungan bilateral.
Sementara itu, Swedia dan Finlandia siap memperkuat kerja sama militer jika keamanan di wilayah Laut Baltik memburuk, misalnya selama proses kemungkinan bergabung dengan NATO, kata Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto.
"Apabila lingkungan keamanan kami menjadi semakin menantang tentunya kami dapat menambahkan rencana bilateral ... dan memasukkan semua sektor dalam kerja sama militer," katanya kepada awak media.
Invasi Rusia ke Ukraina memaksa Swedia dan Finlandia untuk meninjau ulang keyakinan lama bahwa netralitas militer adalah cara terbaik untuk menjamin keamanan nasional.
Kedua negara diharapkan dapat membuat keputusan untuk bergabung dengan aliansi militer dalam beberapa pekan mendatang, Reuters mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara, Sabtu (30/4/2022).
Advertisement