Liputan6.com, Seoul - Media Korea Selatan dihebohkan dengan kasus pasien amoeba pemakan otak. Pasien Korea Selatan itu terkena amoeba tersebut usai berkunjung ke Thailand.
Berdasarkan laporan Yonhap, Kamis (29/12/2022), pasien adalah pria berusia 50 tahunan yang menetap di Thailand selama empat bulan. Ia dinyatakan meninggal pada hari Selasa kemarin.
Advertisement
Baca Juga
Amoeba pemakan otak itu memiliki nama ilmiah Naegleria fowleri. Amoeba itu tidak hanya ada di Thailand melainkan di air sungai atau danau di berbagai negara.
Cara masuk amoeba itu adalah melalui hidung, kemudian mencapai otak dan merusak jaringan-jaringannya.
Kasus ini pertama kali dilaporkan di Amerika Serikat pada 1937.
Korea Disease Control and Prevention Agency (KDCA) berkata potensi penularan antar-manusia bagi amoeba pemakan otak ini tergolong rendah, tetapi meminta agar warga lokal menghindari berenang di tempat-tempat yang memicu penyakit ini.
Sejak 2018, ada 381 kasus Naegleria fowleri yang tercatat di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat, India, dan Thailand. Kolam renang juga berpotensi terjangkit amoeba ini.
Berdasarkan saran CDC AS, jangan sampai air masuk ke hidung ketika mandi atau berenang. Selain itu disarankan, tidak langsung lompat masuk ke air, melainkan berjalan saja. Anak-anak juga harus dipantau agar airnya tidak masuk ke hidung.
Naegleria fowleri berbahaya karena bisa menyebabkan amebi meningoencephalitis (PAM) yang mengjangkiti sistem syaraf pusat. PAM hampir selalu berakibat fatal.
Meski demikian, penyakit akibat amoeba pemakan otak ini masuk kategori langka di Amerika Serikat.
Texas Darurat Bencana Usai Kematian Anak 6 Tahun karena Amoeba Pemangsa Otak
Pada 2020, pihak berwenang negara bagian Texas di AS mengeluarkan status bencana setelah kematian anak laki-laki berusia enam tahun akibat terinfeksi amuba pemakan otak.
Dilansir AFP, Selasa (29/9/2020), status darurat itu dikeluarkan oleh Gubernur Texas Greg Abbott pada 27 September 2020 di Brazoria County, yang mencakup Lake Jackson.
Anak laki-laki yang bernama Josiah McIntyre tersebut diketahui meninggal dunia pada 8 September 2020, setelah terinfeksi amuba pemakan otak bernama naegleria fowleri, menurut laporan media AS.
Menurut pernyataan dari juru bicara kota Lake Jackson, yang dikutip media lokal, pengujian mengungkapkan bahwa amuba itu ditemukan di selang keran taman dekat rumah bocah tersebut.
Tak hanya itu, amuba serupa juga ditemukan di air mancur di pusat kota dan di hidran kebakaran di kota yang hanya berjarak satu jam dari Kota Houston, menurut keterangan dari Modesto Mundo, seorang pejabat kota.
Sementara kakek dan nenek dari Josiah, menerangkan kepada Houston Chronicle bahwa sang cucu mungkin terpapar air yang terkontaminasi saat ia bermain di taman percikan di pusat kota, tak lama sebelum jatuh sakit.
Saat ini, peringatan itu telah dicabut namun warga setempat masih dianjurkan untuk merebus air sebelum digunakan.
Advertisement
Kasus di Korea Selatan
Terkait kasus terbaru di Korea Selatan, pria itu kembali ke Korea pada 10 Desember setelah empat bulan bertugas di sana. Dia dirawat di rumah sakit keesokan harinya dan meninggal Rabu pekan lalu.
KDCA mengatakan, telah melakukan tes genetik pada tiga jenis patogen penyebab Naegleria fowleri untuk memastikan penyebab kematiannya.
Pengujian mengkonfirmasi gen dalam tubuh pria itu 99,6 persen mirip dengan yang ditemukan pada pasien meningitis yang dilaporkan di luar negeri.
Ini adalah infeksi pertama yang diketahui dari penyakit ini di Korea Selatan. Kasus pertama dilaporkan di Virginia pada tahun 1937.
Naegleria fowleri adalah amuba, atau organisme hidup bersel tunggal, yang hidup di tanah dan air tawar hangat, seperti sumber mata air panas, danau, dan sungai, di seluruh dunia.
Amuba itu memasuki tubuh melalui hidung dan berjalan ke otak.
Gejala awal mungkin termasuk sakit kepala, demam, mual atau muntah, dan gejala selanjutnya dapat menyebabkan sakit kepala parah, demam, muntah, dan leher kaku, menurut KDCA.
Masa Inkubasi
Masa inkubasi Naegleria fowleri biasanya dari dua hingga tiga hari dan paling banyak hingga 15 hari.
Meskipun penularan Naegleria fowleri dari manusia ke manusia tidak mungkin terjadi, KDCA meminta warga untuk tidak berenang di daerah dan lingkungan di mana penyakit itu menyebar.
Ditambahkan bahwa risiko infeksi tidak tinggi, tetapi sebagian besar kasus dimulai dengan berenang.
“Untuk mencegah infeksi Naegleria fowleri, kami merekomendasikan untuk menghindari aktivitas berenang dan rekreasi dan menggunakan air bersih saat bepergian ke daerah di mana kasus telah dilaporkan,” kata Jee Young-mee, kepala KDCA, melalui siaran pers.
Advertisement