China Buat Kapal Induk AL Nirawak Pertama di Dunia

China membangun kapal induk tanpa awak yang bisa dikendalikan dengan menggunakan remote dan mampu melakukan navigasi secara mandiri di perairan terbuka.

oleh Liputan6.comHariz Barak diperbarui 14 Jan 2023, 17:33 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2023, 17:33 WIB
Bendera China
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Beijing - China membangun kapal induk tanpa awak yang bisa dikendalikan dengan menggunakan remote dan mampu melakukan navigasi secara mandiri di perairan terbuka.

Southern Marine Science and Engineering Guangdong Laboratory (SMSEGL) yang mengembangkan kapal induk drone bernama Zhu Hai Yun tersebut mengklaim sebagai kapal induk nirawak pertama di dunia, demikian seperti dikutip dari Antara, Sabtu (14/1/2023).

Kapal tersebut mulai memasuki galangan kapal di Pelabuhan Gaolan, Kota Zhuhai, Provinsi Guangdong, pada Kamis (12/1).

Selanjutnya akan menjalani proses konstruksi selama 1,5 tahun, demikian media setempat, Jumat.

Pihak pengembang menyatakan bahwa rancangan dan konstruksi Zhu Hai Yun mengikuti prinsip-prinsip kecerdasan artifisial yang ramah lingkungan, dukungan sains dalam sistem nirawak, dan futuristik.

Sistem penggerak, propulsi, teknologi artifisial, dan sistem-sistem pendukung lainnya dikembangkan secara mandiri oleh tim peneliti dari China.

"Zhu Hai Yun nantinya akan menjadi kapal laut tanpa awak pertama yang diuji secara profesional," kata Direktur SMSEGL Chen Dake.

Uji coba tersebut bertujuan untuk mengetahui kinerja navigasi otonom kapal nirawak tersebut.

Menurut Chen, kapal tersebut akan bernavigasi secara mandiri selama 12 jam nonstop dalam menghadapi berbagai rintangan dan membuat perencanaan jalur yang akan dilalui.

Kapal cerdas nirawak yang panjangnya 88,5 meter dan berbobot 2.100 ton tersebut dirancang mampu berlayar dengan kecepatan maksimum 18 knot.

Kapal tersebut memiliki dek belakang yang besar agar bisa mengangkut berbagai instrumen observasi udara, laut, dan kapal selam nirawak itu dapat melakukan tugas-tugas survei kelautan yang komprehensif, termasuk pemetaan, pengamatan, patroli, dan pengambilan sampel.

 

Jepang Tingkatkan Belanja Pertahanan, Sebut China Jadi Tantangan

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Pada kabar lain, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bertatap muka di Gedung Putih pada Jumat (13/1/2023). Lawatan perdana Kishida ke AS sejak dia menjabat pada Oktober tahun 2021 ditandai dengan penandatanganan kerja sama di angkasa luar hingga komitmen peningkatan kerja sama keamanan.

Dalam pertemuan kedua pemimpin di Ruang Oval, Gedung Putih, Biden memuji peningkatan bersejarah belanja pertahanan Jepang serta menjanjikan kerja sama yang erat dalam isu keamanan dan ekonomi.

"Pertemuan kami ini luar biasa," kata Biden seperti dikutip AP, Sabtu (14/1). "Pekerjaan yang lebih sulit adalah mencoba mencari tahu bagaimana dan di mana kami tidak sepemahaman."

Sementara itu, PM Kishida, yang berbicara melalui penerjemah mengatakan bahwa kedua negara berbagi nilai-nilai fundamental seperti demokrasi dan supremasi hukum. Ia juga menekankan bahwa peran bersama Jepang dan AS di panggung global "menjadi lebih besar".

Sebelum mengunjungi Biden, PM Kishida telah lebih dulu bertatap muka dengan Wakil Presiden Kamala Harris.

Pada awal pekan ini, AS dan Jepang sepakat bahwa China adalah tantangan strategis terbesar bersama. Selain itu, kedua negara mengonfirmasi bahwa serangan di angkasa luar akan memicu respons pertahanan bersama dalam koridor perjanjian keamanan AS-Jepang.

Pejabat kedua negara juga mengumumkan terjadi penyesuaian kehadiran pasukan AS di Pulau Okinawa untuk meningkatkan kemampuan rudal antikapal yang akan diperlukan jika terjadi serangan China ke Taiwan atau tindakan permusuhan lainnya. Jepang dilaporkan terus memperkuat pertahanannya di pulau-pulau yang dekat dengan Taiwan, termasuk Yonaguni dan Ishigaki, di mana pangkalan baru tengah dibangun.

 

Peningkatan Belanja Pertahanan

Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)

Bulan lalu, Jepang mengumumkan belanja pertahanannya meningkat dua persen dari PDB. Itu merupakan peningkatan dramatis bagi sebuah negara yang menerapkan pendekatan pasifis untuk pertahanannya setelah Perang Dunia II. Pengeluaran pertahanan Jepang secara historis tetap di bawah satu persen dari PDB.

Dalam pertemuan di Gedung Putih, Biden dan Kishida turut membahas dorongan untuk meningkatkan koordinasi yang muncul di tengah kekhawatiran bahwa China dapat mengambil tindakan militer untuk merebut Taiwan dan lonjakan uji coba rudal Korea Utara dapat mendorong negara itu mencapai ambisi nuklirnya.

Gedung Putih menilai bahwa China mengamati dengan saksama dukungan internasional untuk Ukraina karena mempertimbangkan tindakan atas Taiwan.

"Kami sangat menentang setiap upaya sepihak untuk mengubah status quo dengan kekerasan atau paksaan, di manapun di dunia ini," kata kedua pemimpin dalam pernyataan bersama setelah pertemuan.

Intrusi kapal militer China ke perairan teritorial Jepang di sekitar Kepulauan Senkaku di Laut China Timur pun masuk dalam pembahasan Biden dan Kishida. Pulau tidak berpenghuni itu dikendalikan Jepang, namun diklaim oleh China, yang menyebutnya Diaoyu.

Bulan lalu, Jepang telah mengumumkan rencana pembelian Tomahawk dan sejumlah rudal jelajah jarak jauh yang dapat mencapai target di China atau Korea Utara. Dan belum lama ini, Jepang bersama Inggris dan Italia meluncurkan rencana untuk berkolaborasi dalam produksi jet tempur generasi keenam.

Pejabat pemerintahan Biden mengaku sangat terkejut dengan upaya intensif Jepang meningkatkan keamanannya.

Seorang pejabat senior yang menolak disebutkan namanya mencatat bahwa secara historis negosiasi yang melibatkan penempatan pasukan AS di Okinawa telah sangat sulit dan sangat menantang serta seringkali membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan.

"Namun, negosiasi sebelum pertemuan minggu ini diselesaikan dengan sangat cepat," kata pejabat itu.

Di lain sisi, AS juga memuji Jepang atas respons negara itu terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Tokyo menerapkan sanksi agresif terhadap Moskow dan produsen otomotif Jepang seperti Mazda, Toyota, serta Nissan mengumumkan angkat kaki dari Rusia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya