Liputan6.com, Washington - Ketika perang Ukraina memasuki tahun kedua, Direktur CIA William Burns mengatakan pada Minggu (26/2/2023), Presiden Rusia Vladimir Putin terlalu percaya diri pada kemampuan militernya untuk menaklukkan Ukraina.
Burns, dalam sebuah wawancara televisi, mengungkapkan bahwa kepala dinas intelijen Rusia telah menunjukkan keangkuhan dan kelewat percaya diri selama pertemuan mereka pada November 2022. Sikap itu menurutnya mencerminkan keyakinan Putin bahwa dia percaya dapat menghancurkan Ukraina, melemahkan sekutu Amerika Serikat (AS), hingga akhirnya kelelahan politik akan muncul.
Baca Juga
Putin, sebut Burns, cukup bertekad untuk terus melanjutkan perang. Meskipun terdapat korban jiwa, kekurangan taktis, serta kerusakan pada ekonomi dan reputasi Rusia.
Advertisement
"Saya rasa Putin, saat ini, sepenuhnya terlalu percaya diri dengan kemampuannya ... untuk melemahkan Ukraina," kata Burns dalam wawancara dengan CBS seperti dikutip AP, Selasa (28/2/2023).
Burns juga mengatakan Putin meremehkan tekad AS untuk mendukung Ukraina. Wawancara Burns ini muncul pada saat kritis perang Ukraina karena AS yakin bahwa China sedang mempertimbangkan apakah akan memberikan peralatan militer mematikan ke Rusia.
"Itu akan menjadi taruhan yang sangat berisiko dan tidak bijaksana," kata Burns, seraya menambahkan bahwa langkah seperti itu hanya akan semakin memperkeruh hubungan antara dua ekonomi terbesar dunia itu. "Itulah mengapa saya sangat berharap mereka tidak melakukannya."
Burns melanjutkan, Presiden China Xi Jinping, telah mengamati dengan cermat bagaimana perang telah berkembang.
AS Terpecah Soal Bantuan Militer ke Ukraina
Sementara itu, pertanyaan tentang bantuan militer dan laju perang Ukraina telah menjadi sumber ketidakpastian di AS.
Sebagian anggota parlemen dari Partai Republik mengkritik pemerintah karena tidak mengirimkan jet tempur F-16 ke Ukraina dan sebagian lainnya meyakini bahwa pemerintah harus lebih fokus pada kebutuhan di dalam negeri.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan menggarisbawahi, AS memberi Ukraina bantuan militer yang diperlukan untuk merebut kembali wilayah yang direbut Rusia.
Ketua Komite Hubungan Luar Negeri DPR AS Michael McCaul mengungkapkan, pesawat dan artileri jarak jauh dapat membantu mengakhiri perang dalam waktu yang lebih cepat.
"Semua ini memakan waktu terlalu lama," kata McCaul. "Dan itu tidak harus terjadi seperti ini."
Ukraina mendapat dukungan bulan lalu dari negara-negara Baltik dan Polandia dalam usahanya untuk mendapatkan jet tempur Barat, tetapi belum ada tanda-tanda bahwa negara-negara seperti AS dan Inggris akan mengubah pendirian mereka untuk menolak memberikan pesawat tempur ke Kyiv.
Dalam wawancaranya dengan ABC News pada Jumat (24/2), Presiden Joe Biden menegaskan bahwa dia mengesampingkannya untuk saat ini, dengan mengatakan bahwa itu bukanlah persenjataan yang dibutuhkan Ukraina dalam waktu dekat.
Senator Republikan Dan Sullivan melihatnya berbeda. Dia menilai Gedung Putih lamban dalam memberikan apa yang dicari Ukraina, termasuk jet.
"Itu sudah menjadi pola pemerintahan ini sejak awal," katanya.
Di lain sisi, Sullivan mengklaim AS sudah menyediakan suku cadang untuk menjaga armada jet era Soviet Ukraina tetap terbang, tetapi memasok F-16 dinilai sebagian pihak benar-benar pertanyaan untuk fase lain perang.
Advertisement