Polisi Pakistan Serbu Rumah eks-PM Imran Khan, Tangap 61 Pendukung Sang Politisi

Polisi Pakistan menyerbu kediaman mantan Perdana Menteri Imran Khan di timur kota Lahore pada Sabtu 18 Maret 2023. Total 61 orang ditangkap.

oleh Hariz Barak diperbarui 19 Mar 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2023, 10:00 WIB
Potret mantan PM Pakistan Imran Khan dalam konferensi pers di Islamabad, 23 April 2022. (Rahmat Gul/AP Photo)
Potret mantan PM Pakistan Imran Khan dalam konferensi pers di Islamabad, 23 April 2022. (Rahmat Gul/AP Photo)

Liputan6.com, Lahore - Polisi Pakistan menyerbu kediaman mantan Perdana Menteri Imran Khan di timur kota Lahore pada Sabtu 18 Maret 2023. Total 61 orang ditangkap.

Operasi penyerbuan turut diwarnai gas air mata dan bentrokan antara polisi dengan pendukung Khan, demikian seperti dikutip dari AP, Minggu (19/3/2023).

Perwira polisi senior Suhail Sukhera, yang memimpin operasi di lingkungan kelas atas Lahore, mengatakan polisi bertindak untuk menghilangkan barikade yang didirikan oleh anggota partai Tehreek-e-Insaf Khan. Para pendukungnya memblokir jalur di sekitat rumah Khan dengan beton, pohon, dan truk.

Imran Khan tidak ada di rumah, setelah melakukan perjalanan ke Islamabad untuk menghadiri sidang dakwaan atas tuduhan menjual aset negara saat menjabat dan menyembunyikan sejumlah lain. Hakim menunda sidang itu hingga 30 Maret.

Surat penangkapan terhadap mantan bintang kriket Pakistan itu telah ditangguhkan oleh pengadilan pada Jumat, memberinya keleluasaan untuk pergi ke Islamabad.

Meski begitu, Khan masih menghadapi dakwaan dalam kasus korupsi tanpa ditahan di penjara.

Simak video pilihan berikut:

Pendukung Khan Melawan

Imran Khan, pemimpin partai Pakistan, Tehreek-e-Insaf Justice Party (PTI) dan digadang-gadang sebagai calon perdana menteri baru Pakistan (Anjum Naveed / AP PHOTO)
Imran Khan, pemimpin partai Pakistan, Tehreek-e-Insaf Justice Party (PTI) dan digadang-gadang sebagai calon perdana menteri baru Pakistan (Anjum Naveed / AP PHOTO)

Sukhera mengatakan pendukung Khan yang memegang tongkat berusaha melawan polisi dengan melempar batu dan bom molotov dan seorang pria di atap kediaman Khan melepaskan tembakan. Setidaknya tiga petugas polisi terluka.

Polisi mendobrak pintu utama kediaman Khan dan menemukan senjata otomatis, bom molotov, batang besi dan pentungan yang digunakan dalam serangan terhadap polisi selama seminggu.

Di dalam kediaman yang luas itu, bangunan ilegal telah didirikan untuk melindungi orang-orang yang terlibat dalam serangan terhadap polisi yang telah melukai puluhan petugas.

Menteri Dalam Negeri Rana Sanaullah kemudian menambahkan bahwa polisi akan melakukan penggeledahan menyeluruh di rumah Khan, di mana mereka menemukan bunker dan diduga menyembunyikan lebih banyak senjata dan amunisi ilegal. Dia mengatakan di Islamabad, Khan dan banyak pendukungnya memiliki senjata.

Respons Imran Khan

Eks PM Pakistan Imran Khan tengah konvoi di atas kontainer sebelum ditembak. (AFP)
Eks PM Pakistan Imran Khan tengah konvoi di atas kontainer sebelum ditembak. (AFP)

Khan, selama perjalanannya ke Islamabad, mengatakan dalam sebuah pesan video bahwa polisi telah masuk ke kediamannya di Lahore sementara istrinya sendirian di rumah. Dia mengutuk tindakan tersebut dan menuntut agar mereka yang bertanggung jawab dihukum.

Sekretaris jenderal partai PTI Khan, Asad Umar, dalam sepucuk surat kepada hakim agung Pakistan mencatat bahwa polisi menunggu sampai Khan dalam perjalanan ke Islamabad untuk menyerbu kediamannya di Lahore. Dia mengatakan "pintu dan dinding telah diratakan dengan tanah" dan lebih dari 40 orang di rumah itu ditangkap.

Khan, sekarang pemimpin oposisi, digulingkan dalam mosi tidak percaya di Parlemen April lalu. Dia dituduh menjual hadiah negara saat menjabat dan menyembunyikan aset. Imran Khan membantah tuduhan itu.

Dakwaan itu adalah satu dari serangkaian kasus yang dihadapi mantan bintang kriket yang menjadi politisi Islam sejak pemecatannya.

Khan yang berusia 70 tahun, yang menyerukan pemilihan awal di Parlemen, mengklaim bahwa pencopotannya dari kekuasaan adalah bagian dari konspirasi oleh penggantinya, Perdana Menteri Shahbaz Sharif, dan Amerika Serikat. Baik pemerintah Washington maupun Sharif telah membantah tuduhan tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya