Studi: Peminum Kopi Lebih Banyak Bergerak tapi Kurang Tidur

Pendekatan individual terkait konsumsi kopi disebut merupakan metode paling tepat untuk menentukan efeknya bagi kesehatan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Apr 2023, 14:04 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2023, 14:04 WIB
Gambar Ilustrasi Secangkir Kopi
Sumber: Freepik

Liputan6.com, London - Kopi disebut merupakan salah satu dari tiga minuman paling banyak dikonsumsi di dunia, selain air putih dan teh. Manfaat dan kekurangan kopi terus menjadi pembahasan menarik hingga saat ini.

Terbaru, sebuah penelitian yang dipublikasikan di The New England Journal of Medicine mengungkapkan bahwa setidaknya menyesap secangkir kopi per hari dapat membuat kita lebih banyak bergerak tapi kurang tidur.

"Gambaran besar temuan adalah bahwa tidak hanya ada satu konsekuensi terkait kesehatan dari mengonsumsi kopi, tetapi kenyataannya lebih rumit dari itu," ungkap penulis utama studi Gregory Marcus, seorang ahli jantung dan profesor kedokteran di Universitas California seperti dikutip dari CNN, Senin (3/4/2023).

"Sebagian besar penelitian tentang topik ini bersifat observasional, artinya kami hanya melihat dan mengamati apa yang terjadi pada orang yang mengonsumsi dan tidak mengonsumsi kopi."

Dalam studinya, para penulis merekrut sekitar 100 orang dewasa sehat yang rata-rata berusia 39 tahun dan berasal dari San Fransisco. Mereka membekali peserta dengan Fitbits untuk melacak langkah dan tidur, memonitor glukosa darah secara berkelanjutan, dan menggunakan perangkat elektrokardiogram untuk melacak ritme jantung.

Peserta ditugaskan untuk minum kopi sebanyak yang mereka inginkan selama dua hari, kemudian berpantang selama dua hari, dan mengulang siklus tersebut selama periode dua pekan.

Pada hari-hari di mana mereka menyesap kopi, para peserta mendapatkan rata-rata 1.058 langkah dibanding saat berpantang. Namun, saat menyesap kopi, durasi tidur mereka 36 menit lebih sedikit. Semakin banyak kopi yang mereka minum, semakin banyak aktivitas fisik yang mereka lakukan, dan semakin sedikit tidur yang mereka dapatkan.

Marcus menuturkan bahwa terdapat sejumlah bukti kuat, menghilangkan kopi mungkin bermanfaat bagi orang-orang yang mengalami gangguan detak jantung.

"Jadi, mungkin jika seseorang sangat khawatir tentang risiko gagal jantung -misalnya mereka memiliki riwayat keluarga atau dokter memberi tahu mereka berisiko- mereka mungkin ingin menghindarinya," tutur Marcus.

Peter Kistler, kepala elektrofisiologi di Rumah Sakit Alfred di Melbourne, Australia, menggambarkan penelitian yang dilakukan Marcus dan rekan-rekannya sebagai penelitian yang kuat. Namun, dia mengingatkan bahwa itu adalah penelitian jangka pendek terhadap sukarelawan yang sehat.

"Itu tidak memberikan informasi tentang manfaat jangka panjang atau efek buruk dari minum kopi jangka panjang," kata Kistler. "Itu tidak memberikan informasi tentang dampak kopi pada orang dengan kondisi kesehatan lain dan umumnya (peserta studi) mengonsumsi kopi dalam jumlah sedang."

Efek Kesehatan dari Menyesap Kopi

Ilustrasi minum kopi | pexels.com
Ilustrasi minum kopi | pexels.com

Lebih lanjut, Marcus mengungkapkan bahwa meski menyesap kopi mungkin meningkatkan aktivitas, namun dia tidak menganjurkan orang-orang untuk mengonsumsi kafein dalam dosis tinggi.

"Karena dosis tinggi dapat menyebabkan gangguan," katanya.

Berdasarkan hasil studi yang sama, mereka yang mengalami pengurangan tidur yang lebih lama saat mengonsumsi kopi disebut terkait dengan metabolisme kafein yang lebih lambat.

"Mengenai hubungan antara asupan kopi dan kontraksi ventrikel prematur, kafein dapat mengandung metabolit aktif seperti aminofilin, yang digunakan dalam pengobatan asma dan dalam dosis tinggi, diketahui menyebabkan aritmia," terang Marcus.

Studi menyimpulkan bahwa pendekatan individual terkait konsumsi kopi mungkin merupakan metode paling tepat untuk menentukan efeknya bagi kesehatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya