Liputan6.com, Kuala Lumpur - Seorang pria Malaysia berusia 67 tahun melakukan perjalanan ke Singapura pada pukul 02.00 waktu setempat untuk mengunjungi putranya di penjara di Singapura. Hal itu ia lakukan dua kali sebulan.
Tekad sang ayah untuk melihat putranya secara langsung dan keadaan yang menyebabkan situasi itu dilaporkan oleh 8world News pada 22 April 2023.
Baca Juga
Pria Malaysia itu bernama Cheong Kah Pin. Ia menjelaskan bahwa ia berangkat dari Malaysia pada pukul dua pagi agar ia bisa naik ke Singapura dengan perlahan, yang merupakan hal yang lebih aman untuk dilakukan.
Advertisement
"Saya sudah tua dan ketika saya mengendarai sepeda motor, saya takut akan menabrak orang lain atau sebaliknya," kata Cheong, seperti dikutip dari Mothership, Senin (24/4/2023).
Menurut laporan, Cheong biasanya tiba di tempat tujuannya sekitar pukul tiga pagi. Ia biasanya duduk di luar pom bensin hingga pukul delapan pagi, saat penjara mengizinkan pengunjung.
Rutin itu telah terjadi dua kali sebulan selama 10 tahun terakhir.
"Aku merindukannya dan melihatnya secara langsung adalah yang aku inginkan," ucap Cheong.
"Saya menunggu tidak peduli berapa lama [saya harus duduk di sini karena] saya senang selama saya bisa melihat [anak saya]."
Putra sulung Cheong, Cheong Chun Yin, ditangkap di Singapura pada 2008 karena memperdagangkan heroin. Kala itu Chung Yin berusia 24 tahun saat itu.
Chun Yin dilaporkan disuruh membawa emas batangan untuk bosnya dan menyatakan bahwa ia tidak tahu ia membawa narkoba bersamanya.
Ia pun diadili dan dijatuhi hukuman mati.
Perjuangan Cheong dan Keluarga Demi Putranya
Pada 2015, Chun Yin yang telah berusia 31 tahun, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan 15 pukulan tongkat sebagai gantinya.
Di bawah undang-undang yang baru diberlakukan, Pengadilan Tinggi mencabut hukuman mati Chun Yin, seperti yang diwajibkan untuk semua kurir narkoba yang bersertifikat dan telah memberikan bantuan substantif.
Dalam membatalkan hukuman mati Cheong, hakim menyatakan bahwa ia puas bahwa Chun Yin memang bertindak sebagai pengedar narkoba berdasarkan dokumen pendukung yang diberikan oleh kejaksaan untuk menunjukkan bagaimana ia secara substantif membantu pihak berwenang untuk mengatasi aktivitas perdagangan narkoba.
Chun Yin dilaporkan sebagai pelari narkoba bersertifikat keempat dari terpidana mati Singapura yang hukuman mati awalnya diringankan.
Namun, ayahnya masih percaya putranya naif dan akhirnya membayar harga karena mempercayai dalang yang membuatnya mengedarkan narkoba.
"Apa pun yang ia lakukan, bisnis atau hal lain, ia mempercayai orang lain tanpa keraguan," kata Cheong.
"Tapi ia percaya pihak lain dan tidak memeriksanya," tambah sang ayah.
"Sekarang ia membayarnya."
Setelah penangkapan, Cheong menjual tiga rumahnya untuk mengumpulkan uang untuk biaya hukum guna menyelamatkan putranya.
Sebelumnya, putusan hukuman mati Chun Yin diumumkan pada 2011. Cheong bersama istri dan anak-anaknya yang lain datang ke Singapura untuk berlutut di luar Istana untuk memberikan surat pribadi kepada mantan Presiden Singapura S. R. Nathan untuk grasi.
Permohonan grasi sayangnya ditolak atas saran Kabinet kepada presiden.
Belakangan ini, Cheong menderita batuk berkepanjangan dan tekanan darah tinggi.
Advertisement
Sang Ayah Terus Melakukan Kunjungan ke Penjara
Mengingat sudah 15 tahun sejak Chun Yin ditangkap dan dipenjara, tampaknya ada secercah harapan bagi ayah dan anak untuk bersatu kembali.
Di Singapura, pelaku yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan telah menjalani hukuman 20 tahun penjara dapat ditinjau kembali kasusnya untuk remisi oleh Menteri Dalam Negeri.
Chun Yin ditangkap pada 2008 dan akan menghabiskan 20 tahun penjara pada 2028.
Itu bisa jadi paling awal kasusnya ditinjau.
Menurut video 8world News, Cheong mengatakan bahwa ia mengendarai lebih lambat jika hujan dan ia telah jatuh dari motor beberapa kali.
Ia juga mengatakan putranya telah memintanya untuk tidak datang mengunjunginya di penjara, tetapi sang ayah tetap bersikeras.
Perjalanan reguler Cheong ke Singapura bahkan memungkinkannya untuk menyaksikan sendiri perubahan fisik di area Changi di luar penjara, di mana tempat makan telah diganti dengan apartemen tempat tinggal dan pompa bensin lain di ujung jalan diganti dengan mal.
Pria paruh baya itu bahkan sudah berkenalan secara akrab dengan salah satu petugas SPBU setempat.
Takut Makam Hanyut, Perjuangan Bocah Bangun Batu Nisan Mendiang Ayah Ini Penuh Haru
Kisah ayah dan putra yang mengharukan juga datang dari bocah asal Malaysia bernama Firas.
Kuburan sudah tidak asing lagi dengan batu nisan yang menjadi penanda seseorang pernah dikuburkan di dalamnya. Tidak heran jika banyak orang berusaha meletakkan batu nisan agar tanah kuburan tak hanyut. Hal itulah yang menjadi alasan utama bocah dengan kuburan mendiang sang ayah.
Melansir dari mStar, bocah 11 tahun itu membagikan kisah perjuangannya membuat nisan untuk kuburan sang ayah. Kisahnya sukses mencuri perhatian, pasalnya ia hidup pas-pasan sepeninggal sang ayah. Kendati demikian, ambisi Firas itu tidak terkalahkan.
Ia membuat batu nisan mendiang sang ayah dari nol. Mulai dar batu dan semen sejumlah 3 kg yang dibeli secara online. Pasalnya, bocah pemilik nama lengkap Mohammad Adiffiras itu khawatir kuburan ayahnya hanyut akibat hujan dan banjir.
"Hari itu kuburan almarhum suami saya kebanjiran karena hujan deras. Firas menangis, ia takut kuburannya hilang. Makanya ia mau bikin batu nisan sendiri," kata Siti Nurul Arini Khamis, ibu Firas, kepada mStar.
Saking ambisnya Firas membuat batu nisan dengan anggaran pas-pasan, perjuangannya berhasil mencuri perhatian netizen.
Advertisement