Liputan6.com, Naypyidaw - Junta militer dilaporkan membakar 19 warga sipil dari sebuah desa di kota Htantabin. Mereka dieksekusi pada 10 Mei 2023.
Lima anggota keluarga, termasuk seorang anak berusia enam tahun, ikut menjadi korban junta militer.
Baca Juga
Berdasarkan laporan Radio Free Asia, Sabtu (13/5/2023), serangan itu terjadi di daerah Bago. Di lokasi itu pasukan junta bertempur dengan pemberontak dari etnis Karen dan anggota Pasukan Pertahanan Rakyat.
Advertisement
Pembantaian 19 orang itu terjadi beberapa jam setelah serangan ranjau dari para pemberontak. Kelompok junta lantas menangkap orang-orang di desa Nyaung Pin Thar.
Awalnya, ada 18 orang yang dilaporkan terbakar. Namun, Persatuan Nasional Karen yang merupakan sayap politik dari Pasukan Pembebasan Nasional Karen berkata ada satu korban lagi di desa tersebut.
Persatuan Nasional Karen berkata area desa tersebut seperti medan pertempuran, sehingga korban berpotensi bertambah.
Batalion 44 dari junta militer, serta Divisi Infantri Ringan ke-73, 599, 590, dan 48 disebut beroperasi di daerah tersebut. Mereka bertempur melawan Persatuan Nasional Karen dan kelompok bersenjata yang terafiliasi dengan mereka.
Pihak Pemerintah Persatuan Nasional (National Unity Government atau NUG) dan para saksi mata berkata ke Radio Free Asia bahwa korban-korban berusia antara lima hingga 70 tahun.
"Ini adalah pembantaian lainnya yang dilakukan oleh dewan militer," ujar jubir NUG Nay Phone Latt.
NUG merupakan pemerintah oposisi dari junta militer.
Setidaknya ada 10 perempuan yang tewas. Jubir NUG berkata mayoritas korban adalah orang dewasa berusia 50 tahun ke atas.
Terkait serangan ranjau, pihak Karen menyebut serangan tersebut menewaskan 30 prajurit junta Myanmar. Setelahnya, para junta menyerang desa Nyaung Pin Thar. Dalam penyerangan itu, sekitar 20 prajurit junta berhasil dibunuh oleh tentara kubu Karen.
Indonesia Siap Berdialog dengan Junta Myanmar, Jokowi: Tapi Pendekatan Bukan Berarti Pengakuan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa Indonesia siap melakukan dialog dengan berbagai pihak di Myanmar, termasuk junta militer, namun menegaskan bahwa ini bukan merupakan suatu bentuk pengakuan.Â
"Indonesia siap berbicara dengan siapapun termasuk dengan junta dan seluruh stakeholder di Myanmar untuk kepentingan kemanusiaan," ujarnya dalam press briefing usai KTT ke-42 ASEAN 2023 di media center, Hotel Bintang Flores, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (11/5). Â
"Dan yang penting untuk saya tegaskan bahwa engagement bukan recognition. Melakukan pendekatan bukan berarti memberikan pengakuan," tegasnya lagi.Â
Terkait hal ini, Jokowi pun menyampaikan kepada para Leaders ASEAN dalam sidang KTT, bahwa dalam mengatasi ini ASEAN perlu semakin mengeratkan persatuan demi mencegah perpecahan.
"Saya tadi menyampaikan di pertemuan bahwa kesatuan di ASEAN sangat penting. Tanpa kesatuan akan mudah bagi pihak lain untuk memecah ASEAN," tambahnya.Â
Jokowi yakin, tidak ada satu pun negara ASEAN yang menginginkan hal tersebut terjadi.Â
"Tidak boleh ada pihak di dalam maupun luar ASEAN yang mengambil manfaat dari konflik internal di Myanmar. Kekerasan harus dihentikan dan rakyat harus dilindungi," tuturnya.
Advertisement