Pemilu Thailand Dimulai, 52 Juta Pemilih Pergi ke Bilik Suara untuk Memilih 500 Anggota Parlemen Baru

Pemilu Thailand dimulai hari in, Minggu 14 Mei 2023. Pemungutan suara dijadwalkan dimulai pada pukul 8 pagi waktu setempat dan akan berakhir pada pukul 5 sore.

oleh Hariz Barak diperbarui 14 Mei 2023, 11:32 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2023, 11:31 WIB
Ilustrasi bendera Thailand (AP Photo)
Ilustrasi bendera Thailand (AP Photo)

Liputan6.com, Bangkok - Pemilu Thailand dimulai hari in, Minggu 14 Mei 2023. Pemungutan suara dijadwalkan dimulai pada pukul 8 pagi waktu setempat dan akan berakhir pada pukul 5 sore.

Sekitar 52 juta pemilih akan memilih anggota DPR baru dengan 500 kursi untuk empat tahun ke depan, demikian seperti dikutip dari ANI (14/5/2023).

Sebanyak 500 kursi diperebutkan di majelis rendah parlemen. Dari jumlah itu, 400 adalah kursi daerah pemilihan, sementara 100 kursi sisanya dibagikan secara proporsional dengan perolehan suara keseluruhan masing-masing partai. Total 70 partai mengikuti kontes tersebut.

Pemilih muda Thailand --dikenal dengan julukan mereka 'Generasi yang Hilang'-- adalah sorotan utama dari pemilu tahun ini. Mereka menghidupkan topik-topik yang sebelumnya tabu, seperti cengkeraman militer pada pemerintahan serta memberikan tekanan untuk mereformasi kerajaan dan hubungannya terhadap kehidupan publik.

Pemilu 14 Mei adalah yang pertama sejak protes massa pro-demokrasi yang dipimpin pemuda pada tahun 2020 dan hanya yang kedua sejak kudeta militer pada tahun 2014.

Sementara medan pertempuran lama telah muncul antara sekutu demokratis dan partai-partai pro-militer, di jantung pemilihan tahun ini adalah pertarungan yang dipimpin oleh generasi muda yang menginginkan apa yang mereka lihat sebagai versi yang lebih baik dari Thailand.

PM Prayuth Chan-ocha (69), yang pertama kali berkuasa melalui kudeta pada 2014, adalah salah satu perdana menteri terlama di Thailand.

Dia mencalonkan diri lagi, meskipun batasan masa jabatan konstitusional membuatnya hanya dapat bertahan di posisi teratas selama dua tahun lagi. Tetapi, partai Prayuth, United Thai Nation, menempati posisi ketiga jauh dalam survei opini, di belakang oposisi utama Pheu Thai dan Move Forward.

Dua Partai Oposisi Memimpin Jajak Pendapat

Begini Suasana Aksi Unjuk Rasa Warga Thailand
Pengunjuk rasa pro-demokrasi mengibarkan bendera selama protes di Sanam Luang di Bangkok, Thailand (19/9/2020). Para pengunjuk rasa mengulangi tuntutan agar monarki Thailand tetap berada di bawah konstitusi dalam demonstrasi terbesar sejak kudeta militer pada 2014. (AP Photo/Wason Wanichakorn)

Dua partai --populis Pheu Thai dan progresif Move Forward-- memimpin jajak pendapat, dengan keduanya berkampanye untuk menyingkirkan militer dari politik.

Pheu Thai diperkirakan akan mendulang mayoritas suara. Paetongtarn Shinawatra (36) adalah salah satu dari tiga kandidat perdana menteri dari partai tersebut dan anggota terbaru dari dinasti politik kontroversial yang ikut bertarung.

Pemilihan tersebut akan menjadi pertarungan terbaru dalam pertarungan jangka panjang antara partai-partai yang didukung oleh militer-monarki dan oposisi progresif pro-bisnis dengan rekam jejak merayu pemilih kelas pekerja dan memenangkan setiap pemilihan dalam dua dekade terakhir.

Pheu Thai , sebuah partai yang terkait dengan miliarder Thaksin Shinawatra yang mengasingkan diri, memiliki keunggulan besar dalam jajak pendapat seperti yang terjadi pada pemilu sebelumnya, diikuti oleh partai oposisi lainnya, Move Forward, yang berupaya memobilisasi pemilih muda.

Mereka menjanjikan reformasi struktural yang mendalam untuk Thailand: perubahan pada militer, ekonomi, desentralisasi kekuasaan dan bahkan reformasi pada monarki yang sebelumnya tidak tersentuh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya