Ibu Negara Turki: Perang Membawa Konsekuensi Traumatis pada Jiwa Manusia

Ibu Negara Turki Emine Erdoğan menyorot konsekuensi perang, salah satunya perang Rusia-Ukraina, terhadap kesehatan mental yang sering diabaikan dan dampaknya terhadap masyarakat yang lebih luas.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 08 Sep 2023, 19:40 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2023, 19:40 WIB
Emine Erdoğan, ibu negara Turki, istri Presiden Recep Tayyip Erdoğan. (tccb.gov.tr)
Emine Erdoğan, ibu negara Turki, istri Presiden Recep Tayyip Erdoğan. (tccb.gov.tr)

Liputan6.com, Istanbul - Ibu Negara Turki Emine Erdoğan mengirimkan pesan video ke acara Third Summit of First Ladies and Gentlemen, yang diadakan di ibu kota Kyiv, Ukraina pada Rabu 6 September 2023. Acara dengan tema "Mental Health: Fragility and Resilience of the Future" (Kesehatan Mental: Kerapuhan dan Ketahanan Masa Depan).

Dalam pesan videonya, seperti dikutip dari The Daily Sabah, Jumat (8/9/2023), Emine Erdoğan menekankan dampak besar dari fenomena di luar kendali seseorang. Seperti perang dan bencana alam, terhadap kesejahteraan mental masyarakat. Dia menyoroti luka abadi yang tertinggal dalam jiwa manusia akibat pengalaman traumatis ini.

Dalam pidatonya di pertemuan puncak tersebut, ibu negara Turki itu menyorot konsekuensi perang terhadap kesehatan mental yang sering diabaikan dan dampaknya terhadap masyarakat yang lebih luas.

"Meskipun korban sipil dalam perang abad ke-21 telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, ini hanyalah puncak gunung es. Dampak perang terhadap kesehatan mental dan dimensi sosial sering kali diabaikan. Peristiwa seperti perang dan bencana alam, yang terjadi berada di luar kendali individu dan membawa konsekuensi traumatis, meninggalkan bekas yang tak terhapuskan pada jiwa manusia," tutur Emine Erdoğan.

Emine Erdoğan menekankan bahwa mayoritas penduduk Ukraina secara langsung menghadapi dampak buruk dari pendudukan Krimea pada tahun 2014 dan Perang Rusia-Ukraina, yang meletus tahun lalu pada bulan Februari. "Lebih dari 8 juta warga Ukraina terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mencari perlindungan di berbagai negara. Meskipun lebih dari 5 juta warga Ukraina telah kembali, keluarga mereka terpecah belah, sehingga menimbulkan tragedi yang mendalam," katanya.

Emine Erdoğan menekankan bahwa pengalaman-pengalaman tersebut telah menciptakan garis patahan mendalam yang akan terus bergema dari generasi ke generasi.

Dia berkata: "Dalam setiap konflik, kita tidak hanya kehilangan rasa kemanusiaan kita, tetapi juga warisan kita bersama, kota, peradaban, perpustakaan, legenda dan cerita rakyat. Keseimbangan alam terganggu dan tidak dapat diperbaiki lagi. Oleh karena itu, merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menghentikan perang di Ukraina, serta di semua zona konflik."

 

Perempuan dan Anak-Anak Jadi Kelompok Rentan

Ilustrasi ibu dan anak perempuan
Ilustrasi ibu dan anak perempuan. (Photo by Colin Maynard on Unsplash)

Emine Erdoğan juga menekankan bahwa perempuan dan anak-anak sering kali merupakan kelompok yang paling terkena dampak konflik di seluruh dunia

"Bahkan bagi orang dewasa, mengatasi perasaan terasing, tidak berdaya, dan menjadi korban merupakan sebuah tantangan, dan emosi ini meninggalkan bekas luka yang tak terhapuskan di hati sensitif anak-anak di dunia."

"Di era yang ditandai dengan permusuhan dan kebencian, jalan untuk menghidupkan kembali cinta dan kasih sayang menjadi semakin panjang," kata di Emine Erdoğan menyoroti upaya konsisten Turki untuk meminimalkan kehancuran dan mempercepat perdamaian yang adil dan merata.

Emine Erdoğan menambahkan, "Dalam konteks ini, berkat inisiatif teman saya Olena Zelenska, kami telah membawa 1.196 anak, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus ke Turki. Lembaga kami telah bergerak untuk memenuhi kebutuhan anak-anak yang dipercayakan kepada kami."

 

Pentingnya Reunifikasi Keluarga

Keluarga Tetap Menjadi Prioritas Utama
Ilustrasi Keluarga Bahagia Credit: pexels.com/pixabay

Ibu Negara Turki juga menegaskan kembali pentingnya memprioritaskan reunifikasi keluarga dan memperkaya kehidupan anak-anak ini melalui seni, olahraga, dan budaya. Dia menegaskan bahwa rekonstruksi Ukraina di berbagai bidang akan tetap menjadi prioritas utama bagi Turki.

Summit of First Ladies and Gentlemen yang perdana diprakarsai oleh ibu negara Ukraina Olena Zelenska pada tahun 2021 dengan tema "Soft Power in the New Reality", bertujuan untuk menciptakan platform dialog internasional guna mengatasi masalah kemanusiaan dan melaksanakan proyek bersama untuk kesejahteraan masyarakat.

Sementara momen tahunan tersebut yang kedua bertajuk "Ukraine and the World: The Future We Will (Re)Build Together," berlangsung di Kyiv pada tahun 2022.​

AS Kembali Kucurkan Bantuan untuk Ukraina, Kali Ini Lebih dari Rp15,3 Triliun

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba di Kyiv, Rabu (6/9/2023). (Dok. Instagram/@secblinken)
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba di Kyiv, Rabu (6/9/2023). (Dok. Instagram/@secblinken)

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengumumkan paket bantuan baru untuk Ukraina senilai lebih dari USD 1 miliar atau sekitar Rp15,3 triliun. Hal itu disampaikan Blinken selama kunjungannya ke Ukraina pada Rabu (6/9/2023).

Paket terbaru, yang mencakup USD 175 juta atau sekitar Rp2,6 triliun untuk senjata, menambah panjang daftar bantuan keamanan AS menjadi lebih dari USD 43,2 miliar, sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina. Amunisi penembus lapis baja termasuk dalam paket bantuan terbaru AS.

Selain itu, pemerintahan Joe Biden telah menyetujui pula bantuan kemanusiaan sebesar USD 2,9 miliar dan pendanaan Bank Dunia sebesar USD 20,5 miliar untuk Ukraina.

Perjalanan dua hari Menlu Blinken, yang menandai kunjungan keempatnya ke negara itu sejak perang Ukraina dimulai tahun lalu, meliputi agenda pertemuannya dengan Presiden Volodymyr Zelensky, Perdana Menteri Denys Shmyhal, dan rekan diplomatiknya Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba.

Kunjungan Menlu Blinken terjadi di tengah peningkatan kekuatan di medan perang baru-baru ini oleh pasukan Ukraina, yang melakukan serangan balasan di selatan dan timur negara itu.

Pekan lalu, Gedung Putih mengaku bahwa pasukan Ukraina telah membuat kemajuan penting di Zaporizhzhia selatan.

"Ke mana tujuan mereka selanjutnya dan bagaimana mereka mengeksploitasi keberhasilan tersebut, saya serahkan pada mereka untuk membahasnya," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby pada 1 September, seperti dilansir CNBC, Kamis (7/9).

Kirby menolak memberikan rincian tambahan dengan alasan risiko keamanan operasional.

Kunjungan Menlu Blinken juga dilakukan di tengah meningkatnya perdebatan di Kongres AS mengenai seberapa besar dan seberapa lama lagi AS berniat mendukung Ukraina.

Beberapa anggota Partai Republik dilaporkan telah menyuarakan keprihatinan atas banyaknya bantuan AS ke Ukraina.

Kremlin merespons kunjungan Blinken ke Ukraina dengan mengatakan itu adalah bukti bahwa AS bersedia mendanai perang hingga ke titik darah penghabisan.

"Kami telah berulang kali mendengar pernyataan bahwa mereka (AS) bermaksud untuk terus membantu Kyiv selama diperlukan," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam konferensi pers pada Rabu.

Infografis 1 Tahun Perang Rusia - Ukraina, Putin Tangguhkan Perjanjian Senjata Nuklir dengan AS. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 1 Tahun Perang Rusia - Ukraina, Putin Tangguhkan Perjanjian Senjata Nuklir dengan AS. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya