Liputan6.com, Jakarta - Gempa dahsyat yang terjadi 8 September 2023 di tanah Maroko berguncang hebat. Kekuatannya terdeteksi oleh United States Geological Survey (USGS) atau Badan Survei Geologi AS sebesar magnitudo 6,8.
Dalam hitungan jam, korban jiwa gempa Maroko yang tadinya hanya hitungan jari,bertambah menjadi ratusan dan berubah jadi ribuan. Nyaris 3.000 jiwa. Laporan yang beredar menyebut pada angka 2.862 jiwa.
Baca Juga
Kementerian Luar Negeri (Kemlu RI) juga sudah berkoordinasi dengan KBRI di Maroko untuk mendata apakah ada WNI yang menjadi korban tewas atau terluka.
Advertisement
Situasi terkini dan kondisi WNI pasca-gempa bumi Maroko magnitudo 6,8 kemudian disampaikan oleh Sutarwindargo selaku Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI Rabat Maroko.
"Dari data yang masuk, tidak ada WNI yang menjadi korban meninggal dunia, dan kami berharap tidak ada. Kami dengan WNI cukup terbuka karena kebanyakan WNI di sini adalah pelajar dan mahasiswa yang bergabung dalam PPI. Jadi, setiap kota yang ada pelajar dan mahasiswa Indonesia selalu ada koordinator, jadi cepat sekali dalam hal pengumpulan data, seperti apakah ada yang menjadi korban dan lain-lain," jelas Sutarwindargo dalam program Liputan6 Update edisi Rabu (13/9/2023).
Sutarwindargo menuturkan, "koordinator di masing-masing kota itu segera melapor ke pihak kami, dan sampai sejauh ini kami nyatakan belum ada dan semoga tidak ada yang menjadi korban, dan tidak ada rumah atau properti yang mengalami kerusakan juga".
"Jadi semuanya masih tinggal di tempat dan masih bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari semua, kebetulan semuanya jauh dari pusat gempa," jelasnya.
Menurut informasi sekitar 500 WNI berada di Maroko. "Dengan perkiraan pelajar yang bisa kami pastikan karena mereka tergabung dalam organisasi PPI, jadi kami bisa mendata jumlah mereka sekitar 250, dan memang sudah separuh lebih. Kemudian sisanya adalah pekerja maupun WNI yang menikah dengan orang Maroko ataupun orang asing yang tinggal di Maroko."
Bagi WNI yang berada di Maroko saat ini, apabila mengalami kesusahan atau memerlukan bantuan dari KBRI bisa menghubungi hotline.
"Kami sudah buka hotline, pada dasarnya semuanya dari awal memiliki hotline yang bisa dihubungi. Namun terkait dengan hal ini kita ingatkan lagi, jadi warga yang perlu membutuhkan bantuan dari KBRI bisa menghubungi kami dengan hotline dari KBRI Maroko +212 661095995 yang akan terbuka 24 jam."
"Sejauh ini belum ada yang menyatakan bahwa terluka berat, mengungsi dan lain-lain, sejauh ini kota yang kami hubungi menyatakan aman dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari."
Terasa hingga Rabat 20 Detik, Picu Kepanikan
Dahsyatnya kekuatan gempa magnitudo 6,8 yang dirasakan membuat warga Maroko panik dan ketakutan hingga memilih berada di jalanan daripada di dalam bangunan. Bagaimana situasinya saat ini?
Sutarwindargo mengatakan bahwa gempa tersebut memang terasa sangat besar, "bahkan kami yang berada di Rabat sekitar 400 kilometer dari pusat gempa pun turut merasakan gempa sekitar 20 detik, sehingga menimbulkan kepanikan. Tidak sampai menimbulkan kerusakan bangunan di Rabat," ujarnya.
"Memang cukup terasa, kami juga menghubungi teman yang berada di Kota Tangier yang dekat dengan perbatasan Spanyol, mereka juga merasakan efek gempa. Memang ada kepanikan, kami semua keluar dari bangunan, seluruh orang di Rabat bahkan seluruh orang di Maroko mungkin merasakan. Kami pernah merasakan gempa juga di Indonesia, namun bagi kami ini adalah gempa terbesar, dan memang ada kekhawatiran juga, tetapi bangunan di sini kuat," tambahnya.
Di Marakkesh, sambung Sutarwindargo, kebetulan sedang ada konferensi diikuti delegasi Indonesia yang lokasinya dekat dengan pusat gempa. "Mereka menyatakan bahwa beberapa bangunan terlihat kerusakannya, terutama di kota tua. Namun, di 6 provinsi yang benar-benar terkena dampak terlihat ada kerusakan, terutama bangunan-bangunan tua di pedesaan," papar dia.
Sementara di luar 6 provinsi, imbuhnya lagi, sejauh yang saya amati dari teman-teman yang tersebar di beberapa kota, terhitung aman.
Sutarwindargo mengatakan menurut pantauan tim KBRI Rabat ke sekeliling kota, tidak ada kerusakan di Rabat. Sementara di Marakkesh dekat pusat gempa, bangunan-bangunan baru sehingga hanya retak-retak.
"Teman-teman kami yang sedang melakukan konferensi yang ada di hotel, mereka semua selamat dan bangunannya tidak ada yang roboh," ungkapnya.
Advertisement
Indonesia Akan Kirim Bantuan?
Sejauh ini dilaporkan ada empat negara yang sudah turun tangan mengirimkan bantuan untuk Maroko. Di antaranya yaitu dari Spanyol, Inggris, Qatar, UEA. Apakah ada sinyal dari pihak Indonesia untuk memberikan bantuan serupa?
Menurut Sutarwindargo, Indonesia sudah menawarkan bantuan, tetapi masih menunggu apakah pemerintah Maroko akan membukakan pintu bagi bantuan pihak asing. Karena bagi mereka mungkin ini adalah bencana yang cukup jarang terjadi.
"Gempa bumi yang agak besar di Maroko terakhir terjadi tahun 2004, jadi pemerintah Maroko sepertinya menghindari ketidakadaannya koordinasi ketika ada bantuan asing, jadi mereka menerima bantuan masih secara selektif, meskipun kami secara resmi sudah menyatakan apa yang dibutuhkan oleh pemerintah Maroko dari pihak Indonesia siap untuk membantu."
"Kita sudah mengirimkan nota diplomatik dan kita menunggu balasan, termasuk bagaimana misalnya jika kita mengirimkan prosedur bantuan ke Maroko."
Menurut KBRI, pada saat terjadi gempa, pemerintah Maroko langsung melakukan kegiatan donor darah, jadi kebutuhan donor adalah yang utama.
"Saat ini yang baru dibuka untuk umum, untuk negara lain, untuk warga lain yang ingin melakukan sumbangan-sumbangan ke Maroko telah dibuka akun resmi oleh (nama bank dari Maroko) dari Maroko yang nomornya bagi warga negara yang ada di Maroko, ada juga nomor sendiri bagi warga dari luar, yang sudah resmi dilakukan oleh pemerintahan Maroko," jelasnya.
"Untuk donasi uang sudah dibuka, tetapi untuk peralatan maupun barang, sampai saat ini pemerintah Maroko belum menyatakan bantuan apa yang dibutuhkan. Namun dari pengamatan kami dan percakapan dengan Bulan Sabit Merah di Maroko, memang rata-rata yang dibutuhkan adalah seperti selimut, pakaian, dan kebutuhan pokok seperti bahan makanan. Mungkin untuk bahan makanan di sini adalah roti, seperti di negara-negara di Afrika. Kami kebetulan sudah mengontak pabrik mi instan dari Indonesia yang berada di sini juga, memang sudah siap dengan banyak bantuan uluran berwujud mi kering dan lain-lain yang siap disalurkan," paparnya lagi.