Liputan6.com, Jakarta - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyampaikan keprihatinan atas jatuhnya korban jiwa dan terluka gempa bumi di Afghanistan yang terjadi pada Sabtu (7/10).
Bambang Soesatyo menyoroti korban tewas akibat gempa yang mencapai 2.000 orang dan 9.000 lainnya yang terluka.
Baca Juga
"Keprihatinan dan dukacita yang mendalam atas jatuhnya korban meninggal dan terluka akibat peristiwa bencana alam yang terjadi tersebut," kata Bambang Soesatyo dalam keterangan pers, Senin (9/10/2023).
Advertisement
Bambang juga meminta pemerintah, dalam hal ini Kementerian Luar Negeri berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI di Kabul) dan Palang Merah Indonesia untuk terus mengupdate kondisi Warga Negara Indonesia yang bekerja di Afghanistan.
"Dan memastikan apakah ada WNI yang mengalami luka-luka atau terdampak bencana, untuk segera dievakuasi dan diberikan pertolongan, serta memastikan kondisi WNI dalam kondisi baik-baik saja."
Saat dikonfirmasi, Juru Bicara Kemlu RI Lalu Muhammad Iqbal menyatakan bahwa sejauh ini tidak ada WNI yang menjadi korban gempa bumi di Afghanistan.
"Sejauh ini tidak ada WNI korban gempa di Afghanistan," kata Lalu Muhammad Iqbal saat dihubungi oleh Liputan6.com lewat pesan singkat, Senin (9/10) sore.
Sementara itu, Bambang Soesatyo juga meminta pemerintah, dalam hal ini Kemlu melalui KBRI di Kabul, untuk turut memberikan bantuan kemanusiaan, baik dalam bentuk makanan.
Tak hanya itum juga memberikan bantuan berupa minuman, obat-obatan, pakaian, serta kebutuhan lainnya di tempat pengungsian, maupun bantuan lainnya yang diperlukan.
"Meminta dan mendukung PMI untuk membantu operasi pencarian dan penyelamatan yang saat ini masih berlangsung, dikarenakan korban di daerah bencana belum sepenuhnya teridentifikasi."
Korban Jiwa Belum Sepenuhnya Teridentifikasi
Gempa jelas memicu kepanikan di Herat.
"Orang-orang meninggalkan rumah mereka, kami semua berada di jalanan," tulisnya dalam pesan teks kepada Reuters pada Sabtu, menambahkan bahwa kota tersebut sedang merasakan gempa susulan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporannya pada Minggu mencatat bahwa total terdapat 202 fasilitas kesehatan umum di Provinsi Herat, salah satunya adalah rumah sakit besar yang menampung 500 korban jiwa.
Sebagian besar fasilitas tersebut merupakan pusat kesehatan dasar yang lebih kecil dan tantangan logistik menghambat operasi, khususnya di daerah terpencil.
"Sementara operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung, korban jiwa di daerah tersebut belum sepenuhnya teridentifikasi," sebut WHO.
Advertisement
Bergantung pada Bantuan Asing
Dikelilingi oleh pegunungan, Afghanistan memiliki sejarah gempa yang panjang, sebagian besar terjadi di wilayah terjal Hindu Kush yang berbatasan dengan Pakistan.
Jumlah korban tewas sering kali meningkat ketika gempa melanda daerah-daerah terpencil. Pasalnya, negara itu telah dilanda perang selama beberapa dekade hingga menyebabkan infrastruktur berantakan dan operasi pertolongan dan penyelamatan sulit dilakukan.
Sistem layanan kesehatan Afghanistan, yang hampir seluruhnya bergantung pada bantuan asing, mengalami pemotongan yang sangat besar dalam dua tahun terakhir sejak Taliban mengambil alih kekuasaan. Banyak bantuan internasional, yang menjadi tulang punggung perekonomian, bahkan dihentikan.
Para diplomat dan pejabat terkait bantuan menggarisbawahi kekhawatiran atas pembatasan Taliban terhadap perempuan dan krisis kemanusiaan global yang terjadi sebagai penyebab para donor menarik kembali bantuan keuangannya.
Pada Agustus 2023, juru bicara Komite Palang Merah Internasional mengatakan bahwa kemungkinan besar mereka akan mengakhiri dukungan keuangan untuk 25 rumah sakit Afghanistan karena keterbatasan pendanaan. Belum jelas apakah rumah sakit Herat ada dalam daftar tersebut.