Liputan6.com, Naypyidaw - Babak baru pertempuan antara Angkatan Bersenjata Myanmar (MAF) dan Tentara Arakan (AA) telah menyebabkan lebih dari 26.000 orang mengungsi di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, sejak Senin (13/11/2023). Demikian menurut PBB.
Dalam pernyataan pada Jumat (17/11), Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNOCHA) mengatakan angka terbaru ini menjadikan jumlah total pengungsi internal akibat konflik antara kedua pihak menjadi sekitar 90.000 orang.
Baca Juga
"Sebelas kematian dan lebih dari 30 orang terluka telah dilaporkan sejak gencatan senjata informal yang disepakati setahun lalu berakhir pada 13 November," sebut pernyataan UNOCHA, seperti dilansir CNN, Minggu (19/11).
Advertisement
"Lebih dari 100 orang dilaporkan telah ditahan oleh MAF dan lima orang oleh AA."
Pertempuran antara militer dan kelompok perlawanan terjadi hampir setiap hari di seluruh Myanmar sejak jenderal militer Min Aung Hlaing melancarkan kudeta militer yang berujung pada perebutan kekuasaan pada Februari 2021, menjerumuskan negara itu ke dalam kekacauan ekonomi dan perang saudara baru.
Kegiatan Kemanusiaan Ditangguhkan
Pertempuran terbaru dimulai setelah AA dilaporkan menyerang dua pos perbatasan dekat Kota Maungdaw, yang dekat perbatasan dengan Bangladesh.
Menurut UNOCHA, kedua pihak sebelumnya telah melakukan gencatan senjata informal pada November 2022.
Disebutkan pula bahwa ada laporan mengenai penembakan MAF di wilayah yang dikuasai AA dan bahwa militer telah melakukan setidaknya satu operasi yang didukung oleh dukungan udara dan laut.
"Sebagian besar kegiatan kemanusiaan telah ditangguhkan akibat pertempuran tersebut dan hampir semua jalan serta saluran air antara kota-kota di Rakhine telah diblokir," ungkap pernyataan UNCOHA.
Advertisement
Serangan Rutin Sejak 2021
Kelompok pemantau menuturkan bahwa serangan udara dan serangan darat terhadap apa yang disebut MAF sebagai sasaran teroris telah terjadi secara rutin sejak tahun 2021, menewaskan ribuan warga sipil, termasuk anak-anak.
Tidak hanya desa-desa yang dilaporkan dibakar oleh militer Myanmar, sekolah, klinik, hingga rumah sakit pun dihancurkan.