Houthi Ingatkan Kapal-kapal di Laut Merah untuk Menghindari Perjalanan ke Israel

Houthi juga memperingatkan kapal kargo agar tidak memalsukan identitas mereka atau mengibarkan bendera yang berbeda dengan negara pemilik kapal.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 14 Des 2023, 16:08 WIB
Diterbitkan 14 Des 2023, 16:08 WIB
Ilustrasi kapal tanker.
Ilustrasi kapal tanker. (Dok. Pixabay/weeksymate)

Liputan6.com, Sanaa - Pejabat senior kelompok Houthi memperingatkan kapal-kapal kargo di Laut Merah untuk menghindari perjalanan menuju Israel dan wilayah-wilayah pendudukan. Peringatan tersebut dikeluarkan setelah kelompok itu mengklaim melakukan serangan terhadap sebuah kapal tanker komersial beberapa hari sebelumnya.

Mohamed Ali al-Houthi, ketua komite revolusioner tertinggi Houthi di Yaman, mengatakan kapal-kapal harus menghindari perjalanan menuju Israel dan siapa pun yang melewati Yaman harus tetap menyalakan radio mereka dan segera menanggapi upaya komunikasi Houthi.

Dia juga memperingatkan kapal kargo agar tidak memalsukan identitas mereka atau mengibarkan bendera yang berbeda dengan negara pemilik kapal.

Sebagai solidaritas terhadap warga Palestina atas pembantaian oleh Israel di Jalur Gaza, kelompok Houthi menggunakan kendali mereka atas pesisir barat Yaman, termasuk pelabuhan seperti Hodeidah, untuk melancarkan serangan terhadap kapal yang mereka anggap terkait dengan Israel. Pada Sabtu (9/12/2023), mereka mengatakan akan menargetkan semua kapal yang menuju ke Israel, apapun kewarganegaraannya, dan memperingatkan perusahaan pelayaran internasional agar tidak berurusan dengan pelabuhan Israel.

Pada Selasa (12/12), kelompok Houthi mengaku mereka telah menyerang sebuah kapal tanker komersial Norwegia dengan sebuah rudal.

Kelompok tersebut menuturkan mereka menyerang kapal tanker, Strinda, karena mengirimkan minyak mentah ke Israel dan mereka melakukannya setelah awak kapal mengabaikan semua peringatan.

Pemilik kapal tanker, Mowinckel Chemical Tankers dari Norwegia, menjelaskan kapal tersebut sedang menuju Italia dengan muatan bahan baku biofuel, bukan minyak mentah. Mereka mengakui kunjungan sementara ke pelabuhan Israel yang dijadwalkan pada Januari, namun memilih tidak memberikan rincian pasca serangan di Laut Merah.

"Atas rekomendasi penasihat keamanan kami, diputuskan untuk merahasiakan informasi ini sampai kapal dan awaknya berada di perairan aman," ungkap perusahaan itu, seperti dilansir The Guardian, Kamis (14/12).

Biaya Pengiriman Meningkat

Ilustrasi kapal tanker
Ilustrasi kapal tanker (Public Domain)

Sementara itu, militer Amerika Serikat (AS) mengatakan kapal perusak USS Mason menanggapi panggilan darurat Strinda dan membantu awak kapal yang sedang menangani kebakaran. Disebutkan bahwa Strinda diserang pada Senin (11/12) malam oleh rudal jelajah darat yang ditembakkan dari Yaman yang dikuasai Houthi.

Serangan itu, menurut militer AS, menyebabkan kerusakan namun tidak ada korban jiwa. Pasca serangan, militer Israel mengungkapkan telah mengerahkan salah satu kapal perang tercanggihnya, korvet kelas Sa'ar 6, ke Laut Merah.

AS dilaporkan tengah mengorganisasi kekuatan perlindungan maritim yang lebih besar yang berbasis di Bahrain untuk mencegah terhambatnya jalur pelayaran tersibuk di dunia.

Sumber-sumber industri telah memperingatkan bahwa biaya pengiriman barang melalui Laut Merah meningkat seiring meningkatnya serangan Houthi. Fenomena ini dikhawatirkan dapat mengganggu pasokan yang berlayar melalui wilayah tersebut.

Risiko Tinggi

Militan Houthi menguasai Hodeidah yang menjadi pelabuhan utama di Yaman (AP Photo)
Militan Houthi menguasai Hodeidah yang menjadi pelabuhan utama di Yaman (AP Photo)

Pasar asuransi London telah memasukkan wilayah Laut Merah bagian selatan sebagai salah satu wilayah berisiko tinggi. Kapal perlu memberi tahu perusahaan asuransinya saat berlayar melalui area tersebut dan membayar premi tambahan, biasanya untuk periode pertanggungan tujuh hari.

Sekitar 23.000 kapal melewati Selat Bab al-Mandab yang menghubungkan Laut Merah dan Teluk Aden, kata Duncan Potts, mantan wakil laksamana Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan mantan komandan keamanan maritim di Teluk.

"Serangan-serangan ini berpotensi menjadi ancaman ekonomi strategis global dibandingkan sekadar ancaman geopolitik regional," kata Potts, yang kini menjabat direktur di perusahaan konsultan Universal Defense and Security Solutions.

Beberapa perusahaan pelayaran telah memilih untuk mengubah rute kapal mereka melalui Tanjung Harapan, menjauh dari Laut Merah. Namun, langkah itu menambah waktu perjalanan dan biaya tambahan.

AS telah memperingatkan pemberontak Houthi bahwa rencana perdamaian Yaman yang dinegosiasikan dengan Arab Saudi akan gagal jika serangan terhadap kapal-kapal terus berlanjut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya