Liputan6.com, Gaza - Musim dingin telah tiba di Deir al-Balah dan banyak orang tua tidak dapat menemukan pakaian sepatu bagi anak-anak mereka yang masih kecil di wilayah Jalur Gaza yang kini terkepung.
Perang yang berkecamuk sejak 7 Oktober lalu telah membatasi jumlah pakaian yang dapat masuk ke kawasan itu, sementara suhu udara mulai turun secara drastis.
Baca Juga
Alia Al-Samoni, ibu tiga anak berusia 21 tahun, mengatakan ketika ia pergi ke pasar di Deir al-Balah, tidak ada pakaian musim dingin yang dijual di sana.
Advertisement
"Kehidupan kami sekarang sangat tragis. Suhu dingin yang menggigit datang semakin cepat. Saya membawa pakaian untuk anak-anak tetapi tidak ada pakaian musim dingin. Ketika saya pergi ke pasar untuk membelinya, saya tidak menemukan apapun. Pakaian bekas pun tidak ada," ujarnya, seperti dilansir VOA Indonesia, Selasa (26/12/2023).
Tingginya Permintaan Pakaian Bekas
Setelah perang meletus, Israel menutup daerah kantong yang terkepung itu. Beberapa minggu kemudian, konvoi bantuan pertama akhirnya diizinkan masuk ke Gaza.
Persediaan pakaian musim dingin sangat sedikit, sementara angin kencang dan hujan kini menyelimuti kawasan itu. Sekitar 1,9 juta orang telah terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat konflik yang berlangsung, sementara banyak lainnya terpaksa tinggal di tenda-tenda penampungan.
Menurut para pedagang di pasar, permintaan pakaian bekas kini sangat tinggi, tetapi tidak ada uang untuk membelinya.
"Kami tinggal di jalan, dan mendapatkan pakaian-pakaian bekas dari sana untuk melindungi anak-anak kami dari suhu dingin," ujar Moneir Khweter, seorang warga Palestina lainnya.
Advertisement