Liputan6.com, Dhaka - Lebih dari 100 anggota Polisi Penjaga Perbatasan Myanmar meninggalkan pos mereka dan berlindung di Bangladesh untuk menghindari pertempuran antara pasukan keamanan Myanmar dan kelompok etnis minoritas. Hal tersebut diungkapkan seorang pejabat badan perbatasan Bangladesh pada Senin (5/2/2024).
Ini adalah pertama kalinya pasukan Myanmar diketahui melarikan diri ke Bangladesh sejak aliansi tentara etnis minoritas di Myanmar melancarkan serangan terhadap junta militer akhir tahun lalu.
Baca Juga
Juru bicara Penjaga Perbatasan Bangladesh Shariful Islam mengatakan pasukan Myanmar masuk dua hari terakhir selama pertempuran dengan Tentara Arakan di Negara Bagian Rakhine, yang berbatasan dengan Bangladesh.
Advertisement
Ke-103 tentara tersebut, ujar Shariful, masuk melalui perbatasan Tombru di Distrik Bandarban.
"Mereka telah dilucuti dan dibawa ke tempat yang aman," kata dia seperti dilansir AP, Selasa (6/2).
Junta militer Myanmar belum memberikan komentar mengenai hal ini.
Bangladesh Layangkan Protes ke Myanmar
Pada Senin pula, media Bangladesh mengatakan dua orang – seorang wanita Bangladesh dan seorang pengungsi Rohingya – tewas dalam penembakan dari Myanmar setelah sebuah rumah di Bandarban dihantam.
Menteri Hukum Bangladesh Anisul Huq mengatakan kepada parlemen bahwa Perdana Menteri Sheikh Hasina telah menginstruksikan penjaga perbatasan militer dan paramiliter untuk bersabar dalam menangani ketegangan di perbatasan.
"Bangladesh mengamati situasi ini dengan cermat dan langkah-langkah akan diambil," kata dia seperti dikutip kantor berita United News of Bangladesh.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Bangladesh Hasan Mahmud menuturkan pada Senin bahwa Duta Besar Myanmar untuk Bangladesh U. Aung Kyaw Moe dan Wakil Menteri Luar Negeri U. Lwin Oo menyatakan kepada Kementerian Luar Negeri Bangladesh bahwa mereka akan memulangkan pasukan mereka yang berlindung di Bangladesh.
Kementerian Luar Negeri Bangladesh dilaporkan juga telah mengirimkan pesan verbal kepada utusan Myanmar di Dhaka, yang isinya memprotes peluru dan mortir dari Myanmar yang mendarat di Bangladesh.
Advertisement
Peliknya Konflik di Myanmar
Tentara Arakan adalah sayap militer etnis minoritas Rakhine yang menginginkan otonomi dari pemerintah pusat Myanmar. Kelompok ini telah menyerang pos-pos militer sejak November lalu.
Mereka merupakan bagian dari aliansi tentara etnis minoritas -Aliansi Tiga Persaudaraan- yang melancarkan serangan pada Oktober dan memperoleh wilayah strategis di timur laut Myanmar yang berbatasan dengan China. Keberhasilan tersebut dipandang sebagai kekalahan besar bagi junta militer, yang merebut kekuasaan dari pemerintahan Aung San Suu Kyi pada Februari 2021.
Aliansi Tiga Persaudaraan dalam pernyataannya pada Senin mengatakan bahwa Tentara Arakan telah menyerang dua pos perbatasan di Kotapraja Maungdaw di Rakhine dan merebut salah satu dari mereka pada Minggu (4/2).
Juru bicara Tentara Arakan Khaing Thukha menyebutkan pertempuran berlanjut pada Senin di pos terdepan kedua.
Bangladesh berbatasan dengan Myanmar sepanjang 271 kilometer dan menampung lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya, banyak di antara mereka yang melarikan diri dari Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Buddha sejak Agustus 2017 ketika militer Bangladesh melancarkan "operasi pembersihan” brutal terhadap mereka menyusul serangan yang dilakukan kelompok bersenjata.