Hadang Warga Gaza yang Berusaha Kembali ke Utara, Israel: Masih Zona Aktif Perang

Sebagian warga Gaza Utara mengaku lelah mengungsi, mereka ingin kembali ke tanah dan rumah mereka.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 15 Apr 2024, 14:27 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2024, 14:27 WIB
Jalur Gaza
Warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel di Jalur Gaza berkumpul di sebuah kamp tenda di Rafah, Jalur Gaza selatan, Senin (4/12/2023). Ratusan ribu warga Palestina telah meninggalkan rumah mereka ketika Israel melancarkan serangan darat terhadap kelompok militan Hamas yang berkuasa. (AP Photo/Fatima Shbair)

Liputan6.com, Gaza - Ribuan warga Palestina, termasuk pria, wanita, anak-anak dan orang tua, berusaha untuk kembali ke rumah mereka di Gaza Utara pada hari Minggu (14/4/2024), meski serangan Israel terus berlanjut.

Video yang direkam oleh CNN menunjukkan jalan pesisir Al Rasheed yang dulunya berbahaya dipenuhi oleh keluarga-keluarga yang berjalan dengan barang-barang bawaan mereka, beberapa mengendarai sepeda, kereta keledai, dan truk pick-up, tersenyum dan mengambil foto.

"Saya akan ke Kota Gaza … Kami harus kembali ke rumah dan tanah kami. Kami lelah dengan mengungsi … kami mendengar orang mengatakan kami bisa kembali, namun tidak ada satu pun pejabat yang memberi tahu kami. Kami berserah pada Tuhan," kata warga Gaza bernama Majd El-Aqqad, seperti dilansir CNN, Senin (15/4).

Video yang mulai beredar online pada Minggu pagi menunjukkan orang-orang menuju Gaza Utara untuk pertama kalinya dalam jumlah besar. Beberapa orang mengatakan kepada CNN bahwa mereka mendengar militer Israel mengizinkan perempuan dan anak-anak untuk kembali.

Menanggapi pertanyaan dari CNN, IDF mengatakan laporan tersebut salah.

"Jalur Gaza Utara terus menjadi zona aktif perang dan saat ini tidak diizinkan untuk kembali ke wilayah tersebut," kata IDF.

Dalam video yang direkam untuk CNN, seorang wanita lanjut usia bernama Um Mohammad berjalan dengan membawa tas berat di kepalanya dan dua lainnya di lengannya, berusaha mencapai rumahnya.

Dia menangis dan berdoa agar Tuhan melindungi mereka.

"Ini adalah rumah dan tanah kami. Israel mengusir kami dan mempermalukan kami," ujarnya.

Seorang warga lainnya, Malak Abu Nada menuturkan, "Kami lelah di sini. Kami telah mengungsi selama 191 hari."

Pengungsi Laki-laki Ditolak Kembali

Pertempuran Israel Palestina
Keluarga-keluarga Palestina yang melarikan diri dari Khan Younis mengendarai traktor bersama barang-barang mereka menuju Rafah, Gaza, Palestina, Kamis (25/1/2024). Ribuan warga Palestina mengungsi dari Kota Khan Younis untuk menghindari pertempuran sengit antara tentara Israel dan pejuang Hamas yang kian intens. (AFP)

Banyak orang yang berusaha menuju Gaza Utara telah mengungsi ke Rafah, tempat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan melancarkan serangan yang menurut PBB akan menyebabkan bencana kemanusiaan.

Otoritas kesehatan Jalur Gaza melaporkan pada hari Minggu bahwa jumlah korban jiwa sejak 7 Oktober 2023 telah meningkat menjadi 33.729 orang, sementara 76.371 lainnya terluka.

Seorang anak laki-laki bernama Omar Al-Dahdouh membawa sekantong tepung di bahunya, memegang tangan adiknya dan terisak-isak.

"Saya pulang. Saya telah mengungsi selama enam bulan. Kami tinggal di tenda karena rumah kami diserang. Saya tidak takut. Jika saya harus mati, saya akan mati, tapi saya tidak ingin hidup seperti ini lagi. Saya ingin pulang, saya lelah. Adik-adik saya harus melanjutkan hidup,” lanjutnya.

Ahmad Ramadan mengatakan kepada CNN bahwa dia mencoba menyeberang ke Gaza Utara, namun ditolak oleh tentara Israel karena dia laki-laki.

"Kami mendengar jalan menuju Kota Gaza terbuka, jadi kami pikir kami akan pergi. Ketika mereka melihat ada laki-laki bersama kami, mereka mulai menembaki kami. Kami lelah dan terhina," kata Um Awni Al-Jarousha kepada CNN.

 

Kebrutalan Israel

Potret Anak-anak dan Perempuan di Gaza
Warga Palestina mengungsi melalui jalan di dekat reruntuhan rumah yang hancur di Khan Yunis, Jalur Gaza selatan pada 6 Maret 2024. Kementerian Kesehatan Gaza mendesak institusi internasional untuk mendukung keperluan hidup, kesehatan, psikologis, dan sosial perempuan Palestina, terutama di Jalur Gaza. (Foto oleh AFP)

Rekaman video menunjukkan orang-orang berbalik, kembali ke Gaza Selatan dengan suara drone dan pesawat berdengung di atas. Rudal terlihat di kejauhan sementara orang-orang berlarian dengan panik.

Seorang pria lain terlihat menggendong seorang gadis berusia 5 tahun bernama Sally Abu Laila, yang kepalanya mengalami pendarahan dan dikelilingi oleh orang-orang yang mencoba membantu.

Ibunya, Sabreen, mengatakan kepada CNN bahwa putrinya berada dalam pelukannya ketika tentara Israel menembaknya. Mereka berusaha menyeberang ke Gaza Utara termasuk bersama suami Sabreen, namun militer Israel menolaknya, meninggalkan dia dan keempat anaknya menghadapi perjalanan sendirian.

Saat dia mencoba melewatinya, dua pria muda berdesakan di antara dia dan wanita lain yang mengantri di pos pemeriksaan.

"Saat itulah tentara Israel menembaki mereka," kata dia.

Kekacauan kemudian terjadi, dengan Sabreen menggambarkan orang-orang saling menginjak-injak ketika mereka mencoba melarikan diri dari tembakan.

Akhirnya, katanya, dia berhasil sampai ke rumah sakit Syahid Al-Aqsa, tempat putrinya menjalani perawatan. Dia mengatakan kepada CNN bahwa dia masih dalam perawatan intensif.

IDF belum mengomentari laporan bahwa tentaranya melepaskan tembakan ke arah warga sipil yang mencoba menuju ke Gaza Utara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya