Mengenal Asteroid Kamo'oalewa, "Bulan Kedua" Bumi

Saat ini, Kamo'oalewa merupakan objek dekat-Bumi (NEO) berdiameter 131 hingga 328 kaki (40 hingga 100 meter). Kamo'oalewa ditemukan pada 2016 oleh teleskop survei asteroid Pan-STARRS 1 di Haleakalā, Hawaii.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 25 Apr 2024, 05:00 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2024, 05:00 WIB
Ilustrasi Asteroid
Ilustrasi artis tentang asteroid yang berpotensi berbahaya menuju Bumi. (Kredit: ESA)

Liputan6.com, Jakarta - Ada dua bulan palsu yang berputar mengelilingi bumi selayaknya satelit alami pada umumnya. Salah satu bulan palsu yang mengelilingi bumi disebut quasi-moon Kamo'oalewa.

Melansir laman Space pada Rabu (24/04/2024), sebuah studi baru yang diterbitakan 19 April 2024 di jurnal Nature Astronomy menemukan, Kamo'oalewa atau bulan palsu bumi kemungkinan besar terlepas dari bulan sesungguhnya dalam sejarah tata surya. Kamo'oalewa memiliki orbit unik yang membuatnya seolah-olah mengikuti dengan bumi mengelilingi matahari.

Saat ini, Kamo'oalewa merupakan objek dekat-Bumi (NEO) berdiameter 131 hingga 328 kaki (40 hingga 100 meter). Kamo'oalewa ditemukan pada 2016 oleh teleskop survei asteroid Pan-STARRS 1 di Haleakalā, Hawaii.

Objek ini ditemukan sebagai bagian dari upaya pertahanan planet NASA untuk menemukan batu-batu ruang angkasa yang dapat memungkinkan menghantam planet kita. Kamo'oalewa langsung menarik perhatian karena berputar mengelilingi matahari secara bersamaan dengan bumi.

Objek ini juga berputar sangat cepat untuk sebuah asteroid. Karakteristik yang unik ini mendorong para ilmuwan untuk menyelidiki asal-usul quasi-moon tersebut.

Pada 2021, penelitian mengungkap bahwa komposisi Kamo'oalewa mirip dengan batuan yang ditemukan dari bulan. Temuan ini mengisyaratkan asal lunarinya.

Tim menghubungkan Kamo‘oalewa dengan kawah Giordano Bruno. Ilmuwan menggunakan model komputer untuk meniru jenis dampak yang akan menghasilkan batu ruang angkasa seperti quasi-moon ini.

Hal itu berarti memperhitungkan hal-hal seperti distribusi ukuran dan kecepatan dari ejekta yang dihasilkan dan evolusi dinamis mereka. Rekonstruksi ini menunjukkan bahwa beberapa ejekta pada akhirnya akan masuk ke resonansi orbital 1:1 dengan bumi, dengan properti dinamis yang sama seperti Kamo’alewa.

Pantulan cahaya di Kamo'oalewa cocok dengan pantulan cahaya batuan bulan yang sudah lapuk, dan ukuran, usia. Bulan kedua bumi ini juga memiliki putaran yang sesuai dengan kawah selebar 22 km.

Tiongkok berencana meluncurkan misi pengembalian sampel ke asteroid Kamo'oalewa pada 2025. Misi tersebut akan mengembalikan potongan Kamo'oalewa sekitar 2,5 tahun kemudian.

(Tifani)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya