Mengenal Asteroid 29 Amphitrite yang Kunjungi Bumi Februari 2025

Asteroid 29 Amphitrite ditemukan pada 1 Maret 1854 oleh Albert Marth, seorang astronom Jerman.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 15 Feb 2025, 03:00 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2025, 03:00 WIB
Ilustrasi asteroid
Ilustrasi asteroid. (Gambar oleh MasterTux dari Pixabay)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Asteroid adalah benda langit yang ukurannya sangat kecil. Ukurannya yang mungil membuat asteroid sering dinamakan sebagai planet minor atau planetoid.

Asteroid terdiri dari berbagai material, termasuk logam dan batuan, yang merupakan sisa-sisa dari pembentukan tata surya sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu. Asteroid dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat banyak di antara planet Mars dan Jupiter.

Area tersebut dinamakan sebagai sabuk asteroid. Sabuk asteroid merupakan wilayah yang kaya akan objek-objek kecil yang terbentuk dari material yang gagal menjadi planet akibat gangguan gravitasi dari Jupiter.

Para peneliti memperkirakan terdapat lebih dari 100.000 asteroid di sabuk tersebut. Salah satu asteroid yang cukup dikenal adalah asteroid 29 Amphitrite.

Asteroid ini mencapai titik oposisi terhadap matahari pada 13 Februari 2025 lalu. Dalam astronomi, oposisi adalah saat sebuah benda langit berada pada posisi yang berlawanan dengan matahari jika dilihat dari Bumi, sehingga terlihat paling terang dan mudah diamati.

Melansir laman Space pada Jumat (14/02/2025), asteroid 29 Amphitrite berasal dari sabuk asteroid yang terletak di antara Mars dan Jupiter. Tepatnya, asteroid ini terletak di bagian utama sabuk asteroid (main asteroid belt).

Asteroid ini merupakan salah satu asteroid tipe S, yang berarti sebagian besar komposisinya terdiri dari silikat (batuan) dan nikel-besi. Asteroid 29 Amphitrite ditemukan pada 1 Maret 1854 oleh Albert Marth, seorang astronom Jerman.

Marth menemukan 29 Amphitrite ketika ia melakukan pengamatan di Observatorium South Villa, Regent's Park, London. Penemuan ini menjadi salah satu kontribusi penting dalam studi tentang asteroid di tata surya.

Menariknya, nama asteroid yang ditemukan oleh Marth tersebut diberi nama oleh sang pemilik observatorium, yaitu George Bishop. Mengutip dari The Sky Live pada Jumat (14/02/2025), nama 29 Amphitrite terinspirasi dari dewi laut dalam mitologi Yunani, yaitu Amphitrite. Amphitrite adalah istri dari Poseidon, dewa laut dalam mitologi Yunani, yang sering digambarkan sebagai sosok wanita yang membawa tongkat atau kerang.

Asteroid 29 Amphitrite mengorbit matahari setiap 1.490 hari (4,08 tahun) sekali. Orbitnya cukup stabil dan berbentuk elips dengan kemiringan orbit sekitar 6,1 derajat terhadap bidang ekliptika.

Asteroid ini memiliki diameter sekitar 189,6 kilometer, membuatnya lebih besar dari 99 persen asteroid lainnya yang ada di sabuk asteroid utama. Ukuran tersebut setara dengan luas Maryland, negara bagian di Amerika Serikat.

Dengan massa yang cukup besar dibanding asteroid lain, 29 Amphitrite memiliki pengaruh gravitasi yang lebih signifikan dibandingkan asteroid kecil lainnya. Jarak antara asteroid 29 Amphitrite dari Bumi sangat jauh, yakni sekitar 1,38 AU.

Dalam astronomi, 1 AU setara dengan 149.597.871 kilometer. Dengan demikian, jarak asteroid ini dari Bumi sekitar 206,4 juta kilometer.

Asteroid 29 Amphitrite tidak termasuk ke dalam objek yang berpotensi membahayakan bumi. Sebuah asteroid dikategorikan sebagai objek yang berpotensi berbahaya (Potentially Hazardous Asteroid, PHA) jika memiliki diameter lebih dari 140 meter dan memiliki jarak perlintasan dengan Bumi kurang dari 0,05 AU (7,5 juta kilometer).

Karena orbitnya yang jauh dari Bumi, asteroid ini tidak memiliki risiko bertabrakan dengan planet kita dalam waktu dekat. Studi terhadap asteroid seperti 29 Amphitrite sangat penting dalam memahami sejarah tata surya dan evolusi benda langit kecil.

Para ilmuwan juga tertarik untuk mengamati asteroid guna mengetahui lebih banyak tentang komposisi mineralnya. Penelitian terhadap asteroid dapat memberikan wawasan berharga mengenai asal-usul air dan bahan organik di Bumi, yang diyakini sebagian besar berasal dari tabrakan dengan asteroid atau komet miliaran tahun lalu.

Selain itu, eksplorasi asteroid semakin menjadi fokus utama dalam misi luar angkasa. Beberapa misi robotik telah dikirim untuk mengeksplorasi asteroid guna mengumpulkan sampel, seperti misi OSIRIS-REx yang berhasil mengambil sampel dari asteroid Bennu.

(Tifani)

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya