Liputan6.com, Noumea - Kaledonia Baru sedang dikepung, kata wali kota ibu kota negara tersebut, menyusul kerusuhan berhari-hari yang menewaskan enam orang.
Wali Kota Nouméa Sonia Lagarde mengatakan, sejumlah bangunan publik di kepulauan tersebut telah dibakar dan meskipun ada ratusan bala bantuan polisi yang datang, situasi masih jauh dari tenang.
Kerusuhan dimulai pekan lalu setelah anggota parlemen di Paris melakukan pemungutan suara untuk menyetujui perubahan yang akan memungkinkan lebih banyak penduduk Prancis memilih dalam pemilihan lokal, dikutip dari BBC, Minggu (19/5/2024).
Advertisement
Hal ini dianggap sebagai sebuah langkah yang menurut para pemimpin adat akan melemahkan pengaruh politik penduduk asli.
Foto yang tergambar dari wilayah tersebut menunjukkan deretan mobil yang terbakar, penghalang jalan dikerahkan, dan antrian panjang orang di luar supermarket.
Para pejabat mengatakan, enam orang tewas dan dua lainnya terluka dalam baku tembak di salah satu penghalang jalan pada Sabtu (18/5).
Tiga warga asli Kanak, berusia 17 hingga 36 tahun, dan dua petugas polisi sebelumnya dipastikan tewas.
Lebih dari 200 orang sejauh ini telah ditangkap dan sekitar 1.000 petugas tambahan telah dikirim untuk bergabung dengan 1.700 personel yang sudah berada di wilayah tersebut.
Pada Sabtu (18/5) malam, Menteri Dalam Negeri Prancis Gérald Darmanin mengatakan, sebuah "operasi besar" yang melibatkan lebih dari 600 petugas telah diluncurkan dengan tujuan untuk mendapatkan kembali kendali atas jalan sepanjang 60 km antara Nouméa dan bandara.
Status Darurat Diberlakukan
Pihak berwenang telah mengumumkan keadaan darurat yang melibatkan jam malam serta larangan pertemuan publik, penjualan alkohol, dan membawa senjata.
Berbicara kepada saluran berita Prancis BFMTV, Lagarde mengatakan bahw dua malam terakhir keadaan lebih tenang, namun situasi pada siang hari tidak membaik.
“Justru sebaliknya, meski ada seruan untuk tetap tenang,” katanya.
Dia mengatakan, mustahil untuk mengukur kerusakan yang telah terjadi, namun bangunan yang terbakar mencakup gedung kota, perpustakaan, dan sekolah.
Warga melaporkan mendengar suara tembakan, helikopter, dan ledakan besar yang diyakini berasal dari tabung gas yang meledak di dalam gedung yang terbakar.
Advertisement
Aktivitas Warga dan Wisatawan
Helene (42) yang menjaga barikade darurat secara bergiliran bersama tetangganya mengatakan kepada AFP: "Pada malam hari kami mendengar penembakan dan banyak hal terjadi."
Wisatawan yang terdampar di wilayah tersebut menggambarkan bahwa mereka harus menjatah persediaan makanan sambil menunggu cara untuk pergi.
Joanne Elias, asal Australia, yang berada di sebuah resor di Noumea bersama suami dan empat anaknya, mengatakan dia disuruh mengisi bak mandi jika airnya habis.
“Anak-anak pasti lapar karena kami tidak punya banyak pilihan untuk memberi mereka makan,” katanya.
“Kami tidak tahu berapa lama kami akan berada di sini.”
Penentangan terhadap perubahan undang-undang tersebut telah menarik dukungan di Prancis, dengan protes solidaritas yang berlangsung di Toulouse pada Sabtu (18/5) dan bendera Kanak di antara mereka yang dikibarkan pada demonstrasi pro-Palestina di Paris.