Ukraina Klaim Kuasai Sudzha di Rusia, Zelenskyy: Sedang Dibangun Kantor Komando Militer

Pembangunan komando militer di Sudzha dinilai menunjukkan Ukraina mungkin berencana untuk tetap berada di wilayah Kursk dalam jangka panjang atau hanya memberi sinyal kepada Rusia bahwa mereka mungkin bermaksud untuk melakukannya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 16 Agu 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2024, 07:00 WIB
Volodymyr Zelenskyy.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. (Dok via AP)

Liputan6.com, Kyiv - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada hari Kamis (15/8/2024) bahwa pasukan negaranya telah menguasai penuh Sudzha, kota terbesar Rusia yang jatuh ke tangan pasukan Ukraina sejak dimulainya serangan lintas perbatasan lebih dari sepekan lalu.

Meskipun populasinya hanya sekitar 5.000 orang sebelum perang, Sudzha adalah pusat administrasi untuk wilayah perbatasan Kursk, Rusia, dan lebih besar daripada kota atau permukiman lain yang menurut Ukraina telah direbutnya sejak serangan dimulai pada tanggal 6 Agustus.

Zelenskyy menuturkan pihaknya sedang mendirikan kantor komando militer di Sudzha tanpa menjelaskan fungsi apa yang mungkin ditangani oleh kantor tersebut. Awal pekan ini, dia mengatakan bahwa Ukraina akan mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk Sudzha.

Rusia tidak segera menanggapi klaim Zelenskyy, namun kementerian pertahanannya mengatakan pada hari Kamis menyebutkan bahwa pasukan Rusia telah memblokir upaya Ukraina untuk merebut beberapa komunitas lainnya.

Serangan mendadak Ukraina telah mengubah peta perang dan menyebabkan kekacauan di wilayah Kursk, yang menurut otoritas Rusia menyebabkan evakuasi lebih dari 120.000 warga sipil dan menurut Kyiv memicu penangkapan sedikitnya 100 tentara Rusia.

Zelenskyy mengungkapkan salah satu alasan serangan itu adalah untuk melindungi wilayah tetangga Ukraina.

"Semakin banyak kehadiran militer Rusia dihancurkan di wilayah perbatasan, semakin dekat perdamaian dan keamanan nyata bagi negara kita. Negara Rusia harus bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya," kata Zelenskyy pada hari Selasa (13/8), seperti dilansir kantor berita AP.

Rusia Tidak Akan Alihkan Pasukan dari Ukraina Timur

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pada hari Kamis bahwa Rusia telah menarik sejumlah pasukan, termasuk unit infanteri, dari Ukraina dan memindahkannya ke Kursk. Namun, AS tidak dapat memastikan berapa banyak pasukan yang terlibat.

Seorang pejabat Amerika Serikat (AS), yang berbicara dengan syarat anonim karena tidak berwenang untuk berkomentar secara terbuka, menuturkan tampaknya Rusia belum memindahkan sejumlah batalion lapis baja atau jenis kekuatan tempur lainnya dari garis depan di Ukraina ke Kursk. Rusia, menurutnya, perlu memindahkan lebih banyak pasukan untuk mengusir pasukan Ukraina.

Ketika ditanya pada hari Kamis apakah Pentagon mempertimbangkan untuk membatasi dukungan apa pun ke Ukraina mengingat serangan terbaru, juru bicara Sabrina Singh mengatakan hal itu tidak memengaruhi apa yang dikirim AS. Dia menambahkan, "Namun, Anda telah melihat kami memodifikasi dan memberikan kemampuan yang berbeda dari waktu ke waktu dan kami berhak untuk terus melakukannya."

Penjabat gubernur Kursk, Alexei Smirnov, pada Kamis dilaporkan memerintahkan evakuasi wilayah Glushkovo, sekitar 45 kilometer di barat laut Sudzha. Perintah tersebut menunjukkan pasukan Ukraina secara bertahap bergerak maju menuju wilayah tersebut.

Rusia juga mengumumkan keadaan darurat tingkat federal di wilayah Belgorod, sehari setelah deklarasi tingkat regional dibuat untuk wilayah tersebut. Perubahan status menunjukkan bahwa para pejabat yakin situasi semakin memburuk dan menghambat kemampuan wilayah tersebut untuk mengirimkan bantuan.

Panglima Militer Ukraina Jenderal Oleksandr Syrskyi mengaku awal pekan ini bahwa pasukannya telah merebut 1.000 kilometer persegi wilayah Kursk. Bagaimanapun, klaimnya tidak dapat diverifikasi secara independen.

Rusia menolak klaim teritorial Syrskyi. Berbicara kepada wartawan pada hari Rabu (14/8) di PBB, Wakil Duta Besar Rusia Dmitry Polyansky menyebut serangan itu sebagai operasi yang benar-benar gegabah dan gila serta mengatakan tujuan Ukraina untuk memaksa Rusia memindahkan pasukannya dari Ukraina timur tidak akan terjadi.

"Karena kami memiliki cukup pasukan di sana," ungkap Polyansky.

Sudzha memiliki stasiun pengukuran gas alam Rusia yang mengalir melalui jaringan pipa Ukraina dan menyumbang sekitar 3 persen dari impor Eropa. Tidak ada indikasi gangguan apa pun terhadap aliran gas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya