Liputan6.com, Tokyo - Kementerian Pertahanan Jepang pada hari Jumat (30/8/2024) mengatakan akan berinvestasi pada kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), otomatisasi, dan meningkatkan kondisi pasukan untuk mengatasi kekurangan rekrutmen yang semakin parah yang telah menyebabkan kekurangan pasukan di tengah fokusnya pada kekuatan militer China yang semakin berkembang.
Langkah-langkah, yang diungkapkan dalam permintaan anggaran pertahanan terbaru pada hari Jumat, tersebut muncul setelah upaya rekrutmen tahunan Pasukan Bela Diri (SDF) tidak mencapai target. Hingga 31 Maret, hanya sekitar 10.000 orang yang mendaftar atau setengah dari targetnya.
Baca Juga
Khawatir bahwa China dapat menggunakan kekuatan militer untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya dan menyeret Jepang ke dalam perang, Perdana Menteri Fumio Kishida pada tahun 2022 mengumumkan penggandaan belanja pertahanan untuk persediaan rudal dan amunisi lainnya, membeli jet tempur canggih, dan menciptakan pasukan pertahanan siber.
Advertisement
Namun, angka kelahiran Jepang yang menurun berarti negara itu berjuang lebih keras dari sebelumnya untuk mempertahankan jumlah pasukan SDF saat ini 250.000 orang. Demikian seperti dilansir CNA, Sabtu (31/8).
"Seiring dengan peningkatan kekuatan pertahanan, kita perlu membangun organisasi yang mampu bertempur dengan cara-cara baru," kata Kementerian Pertahanan Jepang dalam permintaan anggaran tahunan, yang menyerukan peningkatan belanja sebesar 6,9 persen hingga mencapai rekor 8,5 triliun yen.
Untuk mengatasi kurangnya jumlah rekrutan, Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan akan memperkenalkan teknologi kecerdasan buatan, mengalokasikan 18 miliar yen tahun depan untuk sistem pengawasan AI bagi keamanan pangkalan militer.
Kementerian Pertahanan Jepang juga akan membeli lebih banyak pesawat nirawak dan memesan tiga kapal perang pertahanan udara berteknologi tinggi seharga 314 miliar yen yang hanya membutuhkan 90 pelaut, kurang dari setengah awak kapal saat ini.
Fokus Menarik Minat Kaum Perempuan
Untuk membebaskan lebih banyak pasukan untuk tugas-tugas garis depan, SDF akan mengalihdayakan beberapa operasi pelatihan dan dukungan kepada mantan anggota SDF dan kontraktor sipil.
Dan dalam upaya untuk memanfaatkan kelompok orang-orang Jepang yang usianya sudah cukup untuk berperang yang jumlahnya semakin sedikit, yang juga dikejar oleh perusahaan-perusahaan yang mampu membayar lebih, pemerintah berencana menawarkan insentif dan kondisi kehidupan yang lebih baik, seperti tempat tidur dengan privasi yang lebih baik dan akses yang lebih baik ke media sosial.
Secara khusus, pemerintah berfokus menarik lebih banyak perempuan, yang jumlahnya kurang dari 10 persen dari SDF. Upaya untuk meningkatkan jumlah mereka telah terhalang oleh serangkaian kasus pelecehan seksual yang menjadi sorotan.
Demi membantu membalikkan kondisi tersebut, militer Jepang menginginkan dana sebesar 16,4 miliar yen untuk membangun akomodasi bagi personel wanita, dengan toilet dan kamar mandi yang lebih baik. Pemerintah mengatakan pula akan mempekerjakan konselor dari luar untuk mendukung perempuan, termasuk memperkuat pelatihan pencegahan pelecehan.
Advertisement