Kepala Intelijen Inggris: Rusia dan Iran Dalang Peningkatan Plot Mematikan

MI5 menyebutkan bahwa kaum muda semakin terlibat dalam plot teror, di mana 13 persen dari subjek investigasi teror MI5 berusia di bawah 18 tahun.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 09 Okt 2024, 08:41 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2024, 08:41 WIB
Direktur Jenderal MI5 Ken McCallum
Direktur Jenderal MI5 Ken McCallum. (Dok. Yui Mok/PA via AP)

Liputan6.com, London - Inggris menghadapi peningkatan yang mengejutkan dalam upaya pembunuhan, sabotase, dan kejahatan lainnya di wilayahnya yang dipicu oleh aktor negara, yakni Rusia dan Iran. Kedua negara itu merekrut penjahat untuk melakukan "pekerjaan kotor". Demikian disampaikan kepala badan intelijen domestik Inggris (MI5) Ken McCallum pada hari Selasa (8/10/2024).

Sejauh ini, menurut McCallum, ancaman ditujukan kepada warga Iran di luar negeri yang menentang otoritas negara tersebut. McCallum mengatakan ada risiko peningkatan atau perluasan agresi Iran di Inggris jika krisis Timur Tengah meningkat.

Dalam pidato publik yang jarang terjadi yang memaparkan ancaman utama bagi Inggris dari kedua negara dan kelompok militan, McCallum berpendapat bahwa negara-negara yang bermusuhan, individu-individu yang teradikalisasi, dan kelompok ISIS yang bangkit kembali telah bersatu untuk menciptakan "lingkungan ancaman yang paling kompleks dan saling terkait yang pernah kami lihat."

McCallum mengatakan ada juga risiko bahwa konflik Israel dengan kelompok-kelompok yang didukung Iran — Hamas di Jalur Gaza, Hizbullah di Lebanon, serta pemberontak Houthi di Yaman — dapat memicu serangan di Inggris, meskipun sejauh ini krisis belum berubah dalam skala besar menjadi kekerasan teroris di Inggris.

"Jumlah investigasi ancaman negara yang dilakukan oleh MI5 telah meningkat sebesar 48 persen dalam setahun terakhir, dengan Iran, Rusia, dan China sebagai pelaku utama," ujar McCallum di pusat komando kontraterorisme Inggris di London, seperti dilansir AP, Rabu (9/10).

McCallum menyebutkan bahwa sejak kematian Mahsa Amini, yang meninggal dalam tahanan polisi Iran pada September 2022 setelah ditahan karena diduga melanggar undang-undang wajib jilbab di republik Islam itu, "Kami telah melihat rencana demi rencana di Inggris, dengan kecepatan dan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Dia mengatakan MI5 dan polisi telah menanggapi 20 rencana yang berpotensi mematikan yang didukung Iran sejak Januari 2022, naik sepertiga dari angka 15 yang diberikan pemerintah pada akhir Januari.

Sementara itu, McCallum mengklaim badan intelijen militer Rusia mencoba menggunakan "pembakaran, sabotase, dan lainnya" untuk menciptakan "kekacauan" di jalan-jalan Inggris dan negara-negara Eropa lainnya.

"Baik Rusia maupun Iran sering kali mengandalkan para penjahat, mulai dari pengedar narkoba internasional hingga penjahat kelas teri, untuk melaksanakan tindakan ilegal mereka," kata McCallum.

Beberapa dugaan rencana yang didukung aktor negara telah menyebabkan tuntutan pidana. Pada bulan Desember, seorang pria Chechen dipenjara karena diduga melakukan pengintaian di kantor penyiar Iran yang membangkang di London. Secara terpisah, beberapa tersangka sedang menunggu persidangan di London atas dugaan rencana terkait Rusia untuk menyerang bisnis milik Ukraina.

Inggris tidak sendirian dalam menuding Rusia dan Iran. Jerman telah menangkap beberapa orang karena diduga memata-matai atau merencanakan serangan atas nama Rusia. Pada bulan Mei, badan keamanan dalam negeri Swedia menuduh Iran menggunakan jaringan kriminal untuk menargetkan kepentingan Israel atau Yahudi di negara Skandinavia tersebut.

Tingkat Ancaman Teror di Inggris

Polisi London
Ilustrasi polisi Inggris. (AP/Kin Cheung)

Pidato-pidato sebelumnya oleh McCallum dan kepala intelijen Inggris lainnya telah menekankan perilaku China yang semakin tegas, yang pada tahun 2022 disebut McCallum sebagai "tantangan strategis" terbesar Inggris. Pada hari Selasa, McCallum menekankan pentingnya hubungan ekonomi Inggris-China, namun menggarisbawahi ada risiko yang harus dikelola.

Tingkat ancaman teror resmi di Inggris, ungkap McCallum, berada pada substansial, yakni level tiga dari lima yang berarti kemungkinan akan terjadi serangan. Dia menambahkan sejak tahun 2017, MI5 dan polisi telah menggagalkan 43 rencana tahap akhir, yang menyelamatkan banyak nyawa.

Sementara sekitar tiga perempat dari rencana tersebut berasal dari ideologi ekstremis Islam dan seperempat dari ekstrem kanan, dia mengatakan label-label tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan berbagai macam keyakinan dan ideologi terkait.

McCallum juga menyatakan ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan bahwa kelompok ISIS berusaha bangkit kembali, meskipun kekhalifahan yang dideklarasikan di Irak dan Suriah telah runtuh beberapa tahun lalu.

"Setelah beberapa tahun terdesak, mereka telah melanjutkan upaya untuk mengekspor terorisme," ujarnya.

MI5 telah menghadapi kritik karena gagal mencegah sejumlah serangan mematikan, termasuk bom bunuh diri tahun 2017 yang menewaskan 22 orang di konser Ariana Grande di Manchester.

"Dua puluh tahun pertama karier saya di sini penuh dengan ancaman teroris," kata McCallum. "Kami sekarang menghadapi ancaman itu bersama dengan pembunuhan yang didukung negara dan rencana sabotase, dengan latar belakang perang darat besar di Eropa."

"MI5 memiliki tugas yang sangat berat."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya