Zelenskyy: Ukraina Bisa Rebut Kembali Krimea Lewat Diplomasi

Menurut Zelenskyy, Rusia secara ilegal mencaplok Krimea pada tahun 2014.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 21 Nov 2024, 18:35 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2024, 18:35 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy saat berada di markas NATO di Brussels, Belgia, Kamis (18/10/2024).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy saat berada di markas NATO di Brussels, Belgia, Kamis (18/10/2024). (Dok. AP Photo/Virginia Mayo)

Liputan6.com, Kyiv - Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa Ukraina dapat merebut kembali Krimea melalui cara diplomatik.

"Kami tidak dapat menghabiskan puluhan, ribuan rakyat kami sehingga mereka binasa demi Krimea yang kembali. Kami memahami bahwa Krimea dapat dibawa kembali secara diplomatik," kata presiden Ukraina kepada Fox News.

Menurut Zelenskyy, Rusia secara ilegal mencaplok Krimea pada tahun 2014, dikutip dari The Guardian, Kamis (21/11/2024).

"Saya menyebutkan bahwa kami siap untuk membawa kembali Krimea secara diplomatik," kata Zelenskyy.

Ketika ditanya di Fox apakah Ukraina akan menyerahkan wilayahnya untuk perdamaian, Zelenskyy berkata: "Kami tidak dapat secara hukum mengakui wilayah Ukraina yang diduduki sebagai wilayah Rusia. Itu tentang wilayah-wilayah itu yang diduduki oleh Putin sebelum invasi skala penuh, sejak 2014."

"Secara hukum, kami tidak mengakui itu, kami tidak mengadopsi itu."

Sebelumnya Rusia melancarkan serangan informasi-psikologis besar-besaran terhadap Ukraina dengan menyebarkan peringatan palsu, yang konon berasal dari intelijen militer Ukraina, tentang serangan udara massal yang akan segera terjadi, kata Direktorat Intelijen Utama Kyiv.

"Pesan ini palsu, berisi kesalahan tata bahasa yang merupakan ciri khas operasi informasi dan psikologis Rusia."

Ukraina pernah meremehkan ancaman rudal yang akan segera terjadi dan berskala besar setelah beberapa kedutaan asing di Kyiv tutup selama sehari dengan alasan "potensi" serangan.

"Kami mengingatkan Anda bahwa ancaman serangan oleh negara agresor sayangnya telah menjadi kenyataan sehari-hari bagi warga Ukraina selama lebih dari 1.000 hari," kata pernyataan kementerian luar negeri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya