Taliban Larang Wanita Jadi Bidan, Krisis Kesehatan Ibu di Afghanistan Kian Mengkhawatirkan

Ini merupakan aturan pembatasan terbaru yang diterapkan oleh Taliban bagi kelompok perempuan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 04 Des 2024, 20:10 WIB
Diterbitkan 04 Des 2024, 20:10 WIB
Wanita Berburqa
Wanita mengenakan burqa menyeberang jalan saat mereka berjalan menuju taksi di Kabul, Afghanistan, 31 Juli 2021. (SAJAD HUSSAIN/AFP)

Liputan6.com, Kabul - Taliban kembali membuat langkah kontroversial dengan melarang perempuan di Afghanistan untuk menjalani pelatihan sebagai bidan.

Larangan ini semakin mempersempit akses pendidikan bagi perempuan dan memicu kekhawatiran atas meningkatnya angka kematian ibu saat melahirkan di negara yang sudah memiliki tingkat kematian ibu tertinggi di dunia.

Sejumlah institusi pelatihan kebidanan di berbagai provinsi Afghanistan telah menerima perintah untuk menutup pintu bagi mahasiswa perempuan.

Kementerian Kesehatan Masyarakat Taliban mengonfirmasi bahwa larangan ini berlaku hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Heather Barr, Deputi Direktur Hak Perempuan di Human Rights Watch, menyoroti dampak besar dari keputusan ini.

"Ini menutup salah satu celah terakhir dalam larangan pendidikan bagi perempuan. Larangan ini tidak hanya menghilangkan hak belajar, tetapi juga membahayakan nyawa perempuan dan anak-anak yang membutuhkan perawatan kesehatan selama persalinan," ungkapnya seperti dilansir laman Independent, Rabu (4/12/2024).

Afghanistan memiliki salah satu tingkat kematian ibu tertinggi di dunia, dengan rata-rata satu perempuan meninggal setiap dua jam akibat komplikasi saat melahirkan.

17 Ribu Mahasiswa Kebidanan Terdampak

Demo Perempuan Afghanistan Protes Hak Bersekolah
Aksi sekelompok wanita saat berunjuk rasa di Herat, Afghanistan, Kamis (2/9/2021). Para pengunjuk rasa mendesak Taliban menghormati hak-hak kaum perempuan, termasuk menempuh pendidikan. (AFP Photo)

Taliban sebelumnya telah melarang perempuan mendapatkan perawatan kesehatan dari tenaga medis laki-laki. Dengan kebijakan baru ini, jalur pendidikan bagi calon bidan perempuan pun terputus, sehingga memperburuk krisis tenaga medis perempuan di masa depan.

"Bayangkan lima tahun mendatang, akan ada distrik-distrik tanpa bidan dan perempuan yang harus melahirkan di rumah tanpa bantuan medis," ujar Mariam Aman, asisten editor layanan bahasa Afghanistan di BBC.

Diperkirakan sekitar 17.000 mahasiswa kebidanan perempuan terdampak langsung oleh larangan ini.

Salah satu mahasiswa kebidanan yang hampir menyelesaikan pendidikannya harus melihat institusinya ditutup tanpa kejelasan masa depan.

Penutupan pelatihan kebidanan ini akan berdampak serius pada sistem kesehatan Afghanistan yang sudah rapuh.

 

Rangkaian Larangan bagi Perempuan Afghanistan

Wanita Afghanistan
Wanita Afghanistan menggelar protes untuk hak-hak mereka di salon kecantikan di daerah Shahr-e-Naw Kabul pada 19 Juli 2023. (AFP Photo)

Sejak Taliban merebut kekuasaan pada 2021, kelompok ini telah memberlakukan serangkaian aturan yang semakin mengekang kehidupan perempuan.

Perempuan dilarang bekerja, mengakses pendidikan, berpartisipasi di ruang publik, hingga berdoa di tempat ibadah. Pada Desember 2022, larangan belajar diperluas hingga ke perguruan tinggi, dan kini, pelatihan kebidanan pun tidak luput dari pembatasan.

Seorang perempuan Afghanistan menyuarakan keprihatinannya dengan mengatakan: "Biarkan kami bernapas, biarkan kami hidup, biarkan kami belajar."

 

Infografis Taliban Rebut Kabul, Afghanistan Genting. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Taliban Rebut Kabul, Afghanistan Genting. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya