Australia `Giring` Imigran Gelap ke Indonesia, Menlu Marty Berang

Marty menanggapi insiden dikembalikannya kapal pencari suaka yang berlayar dari perairan Indonesia menuju Australia.

oleh Riz diperbarui 07 Jan 2014, 18:03 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2014, 18:03 WIB
marty-natalegawa-131119c.jpg

Polemik manusia perahu atau imigran gelap yang mencari suaka masih memanas antara Indonesia dan Australia. Indonesia menolak dan menentang kebijakan Australia soal pengembalian sejumlah imigran gelap ke perairan Indonesia oleh Australia.

"Karena ini bukan suatu solusi. Kalau kita semua menerapkan pendekatan ini, di mana ujung pangkalnya?" tegas Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa seperti dimuat BBC, Selasa (7/1/2014).

"Apakah setiap negara akan melakukan hal serupa? Indonesia mengembalikan kapal dari negara lain?" Indonesia berharap ada penyelesaian yang lebih baik.

Penegasan ini disampaikan Marty menanggapi insiden dikembalikannya kapal pencari suaka yang berlayar dari perairan Indonesia menuju Australia pada pertengahan Desember 2013 lalu.

ABC melaporkan, kapal berisi manusia perahu asal Sudan dan Somalia itu digiring masuk ke perairan Indonesia oleh Angkatan Laut Australia, pada 19 Desember 2013 lalu. Kapal bermuatan 47 orang itu kembali masuk ke perairan Indonesia dan kemudian dikabarkan kehabisan bahan bakar. Kapal akhirnya kandas di Pulau Rote.

Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott baru saja menerapkan kebijakan baru yang ketat untuk mencegah pencari suaka masuk ke wilayah Australia. Sejumlah pencari suaka yang datang dengan perahu dari Indonesia akan digiring balik ke perairan Indonesia.

Penanganan pencari suaka itu masih sulit lantaran hubungan Indonesia dan Australia belum membaik. Hingga saat ini, pemerintah Indonesia masih menghentikan 3 kerja sama, termasuk dalam bidang pengelolaan pencari suaka setelah muncul dugaan penyadapan intelejen Australia memata-matai pejabat Indonesia.

Meski demikian, Marty menegaskan, hubungan Garuda dan Kanguru akan kembali seperti sediakala dan kerjasama bisa dipulihkan. "Hubungan saat ini tidak optimal, tidak seoptimal sebelumnya. Tapi saya yakin ini adalah sebuah pengecualian," tambahnya.

"Tapi perbaikan hubungan adalah suatu proses, bukan suatu yang bisa serta merta diciptakan dengan pengesahan suatu dokumen. Yang perlu dikembalikan saat ini adalah rasa saling percaya," tandas Marty. (Riz/Ism)

Baca juga:

100 Hari Kerja, PM Abbott Malah Salahkan Indonesia
PM Australia Lanjutkan Penyadapan, Apa Kata Istana?
`Pembantu` Abbott Akui Australia Sadap SBY

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya