Perempuan Lebih Pilih Pengobatan Alternatif Kanker Payudara

Wanita banyak yang lebih memilih pengobatan alternatif untuk kanker payudara. Padahal, kanker perlu penanganan serius agar tak menyebar.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 03 Jun 2014, 16:04 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2014, 16:04 WIB
Workshop Kanker Payudara
(Liputan6.com/Fitri Syarifah)

Liputan6.com, Jakarta Perempuan Indonesia cenderung memilih pengobatan alternatif ketimbang operasi ketika didiagnosa terkena kanker payudara. Padahal bila tidak ditangani serius, penyakit ini dapat menyebar ke jaringan sekitarnya seperti paru, hati, otak, mata, kandung kemih, tulang dan lainnya.

Seperti disampaikan Ahli Bedah Konsultan Payudara di RS Mitra Keluarga, Kemayoran, Jakarta, Dr. Alfiah Amiruddin, MD, MS, bahwa data registrasi kanker di Dharmais pada 2003-2007 menunjukkan pasien drop out dari pengobatan mencapai 16,36 persen.

"Drop out atau No Treatment ini maksudnya terpengaruh tradisional. Mereka yang akhirnya lebih memilih pengobatan alternatif dibandingkan perawatan medis. Dan banyak yang menyesatkan," kata Alfiah saat `Workshop Deteksi Dini dapat Tangani Kanker Payudara` di RS Mitra Keluarga, Kemayoran, Jakarta, Selasa (3/6/2014).

Di samping itu, Alfiah menjelaskan, hampir separuh pasien datang dengan stadium lanjut. Hal ini menyebabkan biaya yang dikeluarkan pasien besar. "Gejala awal kanker payudara terkadang tidak disadari oleh pasien, mengingat 80-90 persen di antaranya tanpa disertai rasa sakit. Oleh karena itu dianjurkan melakukan pemeriksaan sedini mungkin," jelasnya.

Pemeriksaan dini, kata Alfiah, bisa dilakukan dengan teknik SADARI (Periksa Payudara Sendiri), mammografi Ultrasonografi (USG) dan pemeriksaan klinis di rumah sakit.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya