Kasus Frambusia di Indonesia Masih Tertinggi se-Asia Tenggara

Frambusia atau dikenal dengan penyakit kulit patek dan telah punah di negara lain, ternyata jumlah kasusnya masih tinggi di Indonesia.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 10 Sep 2015, 19:00 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2015, 19:00 WIB
Keluarga Miskin
20 orang tinggal dalam satu rumah sederhana di Banten. (Liputan6.com/Yandhie Deslatama)

Liputan6.com, Jakarta Frambusia atau dikenal dengan penyakit kulit patek dan telah punah di negara lain, ternyata jumlah kasusnya masih tinggi di Indonesia.

Badan Kesehatan Dunia mencatat, penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treponema pallidum sub spesies pertenue ini paling banyak terdapat di Tanah Air, bersama dengan Timor Leste.

Selain frambusia, skistosomiasis juga dilaporkan terdapat di 3 daerah terisolasi di 2 kabupaten di Indonesia. Daerah yang sulit dijangkau, kekurangan air, serta kurangnya pemahaman dan pengendalian siput yang merupakan hewan penular penyakitnya.

Skistosomiasis merupakan infeksi yang dapat merusak organ-organ internal dan, pada anak-anak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif.

Menurut Direktur Regional WHO untuk Kawasan Asia Tenggara, pertemuan para menteri dan pejabat tinggi kesehatan dari 11 negara anggota WHO di Dili, Timor Leste tahun ini juga dibahas mengenai pengendalian penyakit tropis yang terabaikan (NTDs) seperti kusta, kaki gajah (lymphatic filariasis), skistosomiasis, frambusia dan kala-azar. Penyakit ini masih menjadi penyebab kecacatan dan kematian di Asia Tenggara.

"Penyakit tropis banyak diderita oleh mereka yang berkemampuan ekonomi lemah. Komitmen politik yang kuat perlu menyertai upaya yang dipusatkan pada populasi yang terdampak, agar tercapai target keberhasilan pengendalian, eliminasi dan eradikasi," kata Poonam melalui keterangan pers di Dili, Timor Leste, Kamis (10/9/2015).

Strategi utama eliminasi, kata dia, adalah penemuan kasus sejak dini dengan sistem surveilans yang lebik cermat, disertai pencegahan dan perawatan terhadap tidak saja mereka yang terkena penyakitnya tetapi juga terhadap populasi berisiko. Pengelolaan program pencegahan dan pengendalian di tingkat sub-nasional kunci eliminasi.

Gerakan baru pengentasan penyakit juga harus mencakup kerjasama multisektor, melibatkan berbagai pihak di luar sektor kesehatan.

Poonam mengatakan, kusta tetap merupakan penyakit endemik kawasan Asia Tenggara dengan 155 ribu kasus tercatat, 73 persen dari kasus global, di tahun 2013. Hampir 126 ribu dilaporkan dari India.

Sementara 6 negara lain – India, Bangladesh, Indonesia, Myanmar, Nepal dan Sri Lanka merupakan negara dengan beban penyakit kusta tertinggi di dunia, lebih dari seribu kasus setiap tahun. Berdasar data tahun 2013, 60% penderita kusta dengan kecacatan tinggal di kawasan ini.

Di sisi lain, ada 60 juta orang di kawasan Asia Tenggara yang terinfeksi kaki gajah, yang merupakan setengah dari jumlah kasus di seluruh dunia. Sekitar 700 juta orang di kawasan ini menghadapi risiko terkena kaki gajah karena tinggal di kawasan endemik di 9 negara Asia Tenggara (kecuali Bhutan dan Republik Rakyat Demokratis Korea).

Setiap tahun dilaporkan sekitar 10 ribu kasus kala-azar (penyakit yang disebabkan parasit) di antara 147 juta orang yang tinggal di daerah endemis di Bangladesh, India dan Nepal, dengan kasus sporadis di Bhutan dan Thailand.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya