Liputan6.com, Cambridge - Konsorsium internasional para peneliti telah mengembangkan cara baru untuk menghitung sel darah putih tanpa melukai kulit. Alat portabel ini menghitung jumlah leukosit melalui kulit ketika melintasi lensa mini.
Cara ini memberikan pilihan yang tidak menyakitkan bagi pasien penderita penurunan sistem kekebalan tubuh dibandingkan dengan cara laboratorium biasa. Para dokter pun lebih bisa menyesuaikan perawatan kanker bagi pasien penderita leukemia dan limfoma.
Baca Juga
Dilansir dari Med Device Online Senin (02/11/2015), pasien yang mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh (immunosuppressed) akibat kemoterapi atau pasien yang sedang minum obat penekan kekebalan tubuh (misalnya pada penderita rematoid arthritis), kadang perlu memantau kadar sel darah putih.
Advertisement
Pemantauan dilakukan untuk memastikan sistem kekebalan itu tidak turun hingga ke tingkat yang membahayakan—dikenal dengan istilah leukopenia. Jika turun terlalu rendah, pasien menjadi rentan terhadap infeksi sehingga bisa memperlambat pengobatan atau perawatan yang diperlukan. Pemeriksaan leukopenia biasanya dilakukan dengan mengambil darah.
Suatu konsorsium ilmuwan dari Madrid dan Boston—termasuk mereka yang berasal dari Massachusetts Institute of Technology (MIT)—sedang mengerjakan uji non-invasive yang memungkinkan pasien memantau sel darah putih mereka sendiri di rumah sehingga tidak perlu repot-repot pergi ke lab atau merasakan sakitnya jarum.
Tim yang disebut dengan Madrid-MIT M+Vision pimpinan Carlos Castro ini mengatakan kepada Sinc bahwa ia bercita-cita suatu hari nanti para pasien penurunan sistem kekebalan tubuh menggunakan “leukometer” ini sebagaimana halnya para penderita diabetes sekarang ini menggunakan glukometer.
Menurut insinyur biomedik di MIT ini, sang pasien dapat memantau lebih ketat sistem kekebalan tubuh mereka sehingga bisa “mendeteksi leukopenia lebih dini guna menghindari akibatnya.”
Cara Kerja Alat
Mirip dengan oksimeter denyut, proyek bernama Leuko ini menempel pada ujung jari dan menggunakan frekuensi cahaya tertentu untuk menyinari saluran-saluran kapiler di dasar kuku. Pada frekuensi cahaya tersebut, sel darah merah menyerap cahayanya, sedangkan sel darah putih tidak. Dengan demikian, sel darah putihnya terlihat tembus pandang.
Gambar-gambar yang dikumpulkan menggunakan lensa kecil kemudian dianalisa menggunakan algoritma komputer yang menghitung bagian-bagian tembus pandang tersebut dan memberikan pembacaan yang tepat mengenai kegiatan sel darah putih dalam aliran darah.
Alat pemantau sel darah putih portabel rumahan memberikan manfaat yang selama ini belum ada. Alat demikan bisa memberikan peringatan dini tentang adanya sepsis dan juga memungkinkan dokter untuk menyesuaikan obat pasca kemoterapi yang terbaik untuk mempersingkat waktu pemulihan pasien.
“Dosis pengobatan dapat dibuat setinggi-tingginya bagi perorangan tanpa mengganggu sistem kekebalan mereka. Dayaguna pengobatan dapat ditingkatkan sambil mengurangi risiko terkena infeksi yang serius,“ kata Castro.
“Keputusan untuk melakukan itu belum tersedia sekarang karena tidak mungkin memanggil pasien setiap satu jam hanya untuk menguji darahnya.”
Kecenderungan terkini yang mengarah kepada pengobatan di rumah dan sistem pemantauan sendiri menghadirkan potensi pertumbuhan teknologi bebas-jarum, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kronis yang memerlukan pemeriksaan secara teratur.
Suatu penelitian yang diterbitkan pada 2014 dalam jurnal Innovations in Pharmacy menyebutkan sejumlah keuntungan teknologi dan pilihan diagnosis bebas-jarum tersebut, antara lain meningkatnya kepatuhan pasien, penggunaan yang mandiri, dan pembuangan yang lebih aman.
Castro mengatakan kepada Sinc bahwa timnya sedang mengerjakan sejumlah purwarupa (prototype) alat ini, termasuk suatu versi telepon pintarnya. Ia mengharapkan, dengan pendanaan yang cukup, Leuko dapat memasuki pasar paling cepat pada 2019. (Alx)
Advertisement