Liputan6.com, Baltimore - Kemajuan pencetakan 3 dimensi (3D printing) memang sudah masuk ke bidang kedokteran, antara lain untuk mencetak prostetik untuk pengganti bagian-bagian tubuh manusia.
Kali ini, seperti dikutip dari Science Daily pada Senin (25/4/2016), para peneliti di Johns Hopkins University di negara bagian Maryland, AS menggunakan teknologi pencetakan untuk mengatasi wabah virus Zika.
Baca Juga
Baca Juga
Para peneliti tersebut menciptakan “otak mini” menggunakan pencetak 3D dan menularkan infeksi virus Zika pada otak itu untuk mengerti tentang penyakit yang mewabah di Amerika Selatan.
Advertisement
Anak-anak yang lahir dari wanita terinfeksi Zika akan dilahirkan dengan keadaan otak yang tidak berkembang dan telah membuat para ilmuwan kewalahan untuk menemukan vaksin melawan virus tersebut. WHO telah menetapkan wabah tersebut sebagai darurat kesehatan publik.
Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Cell menungkapkan cara virus itu menyerang otak yang sedang bertumbuh. “Otak mini” yang diciptakan itu berukuran tidak lebih besar dari kepala peniti dan diciptakan dengan maksud meniru otak janin pada awal trimester pertama. Telah diketahui bahwa virus Zika menyerang sel-sel progenitor syaraf, yaitu sel-sel yang memungkinkan otak untuk terus berkembang.
Dalam model berukuran lebih besar yang meniru ukuran otak pada trimester kedua, virus itu terus menyerang sel-sel progenitor syaraf dan mulai menyerang sejumlah neuron. Akibatnya, terjadi perlambatan perkembangan otak dan kurang berkembangnya korteks, yaitu lapisan luar pada otak yang mengatur persepsi, perhatian, dan ingatan.