Liputan6.com, Jakarta Studi terbaru yang dipublikasikan Biological Psychiatry, seperti dikutip Medical Daily, Senin (11/7/2016) memeriksa literatur ilmiah tentang hubungan antara kurang tidur dan peradangan, salah satu efek samping yang teridentifikasi akibat dari kurang tidur.
Dari 72 laporan, yang melibatkan lebih dari 50.000 peserta dari studi berbasis populasi dan klinis, para ahli menyimpulkan bahwa terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur dapat mengakibatkan peningkatan tingkat peradangan.
Gangguan tidur seperti bangun beberapa kali sepanjang malam atau mengalami insomnia adalah contoh buruk. Tidur kurang atau lebih dari 7-8 jam per malam telah terbukti menghasilkan peningkatan kadar penanda inflamasi dalam darah, seperti C-reactive protein (CRP) dan interleukin-6 (IL-6). Penanda ini terkait dengan penyakit kronis seperti masalah jantung, hipertensi, dan diabetes tipe 2.
Advertisement
Peradangan merupakan respon imun untuk melawan agen infeksi atau cedera, tapi juga memberikan kontribusi untuk patofisiologi penyakit kronis. Dengan kata lain, peradangan dapat melindungi tubuh, tetapi dalam kasus-kasus tertentu dapat menyebabkan kerusakan.
Banyak penyakit kronis yang berhubungan dengan peradangan, termasuk asma, penyakit radang usus, rheumatoid arthritis, dan bahkan beberapa jenis kanker. Bahkan depresi telah dikaitkan dengan peradangan, meskipun para peneliti masih terus menyelidiki mekanisme yang terlibat dalam penyakit inflamasi.
Para ilmuwan sekarang setuju bahwa tampaknya ada hubungan yang jelas antara kurang tidur dan peradangan, meskipun penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk memahami hubungan itu. Ini mungkin ada hubungannya dengan terganggunya fungsi sistem kekebalan tubuh. Dan banyak efek buruk lain dari tidur pada tubuh.
Untuk itu atur jadwal tidur dengan baik yang memungkinkan Anda dapat memenuhi kebutuhan 7-8 jam tidur setiap malam.