Waspada, Benturan di Kepala Saat Muda Picu Kematian Dini

Jangan pernah anggap enteng benturan kecil saat usia masih muda. Pasalnya hal tersebut membawa dampak buruk saat kita dewasa nanti.

oleh Adanti Pradita diperbarui 25 Agu 2016, 09:30 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2016, 09:30 WIB
Bayi
Jangan pernah anggap enteng benturan kecil saat usia masih muda, pasalnya hal tersebut membawa dampak buruk saat kita dewasa nanti. (sumber: Daily Mail)

Liputan6.com, Jakarta- Sejumlah ilmuwan dari Oxford University baru-baru ini mengungkapkan bahwa benturan di kepala pada anak saat usia muda sangat mungkin berdampak buruk beberapa tahun kemudian setelah peristiwa tersebut terjadi.

Seperti dilansir dari Daily Mail, Kamis (25/8/2016), benturan kecil pun bisa mempengaruhi kompetensi anak di sekolah sehingga berisiko besar untuk mereka mendapat nilai yang tergolong buruk.

Selain itu, benturan yang bersifat minor atau berskala kecil juga bisa memicu munculnya penyakit mental dan kemungkinan kematian pada usia dini, yaitu sekitar 40 tahun.

Para ilmuwan merasa bahwa dokter di seluruh belahan dunia perlu menyadari lebih dalam bahaya kecelakaan minor seperti benturan kecil dan dampaknya yang sama mengkhawatirkannya dengan luka parah atau penyakit berskala besar.

Para ilmuwan juga mengatakan bahwa menghindari potensi terjadinya benturan sangatlah penting. Ini bisa dilakukan dengan banyak cara contohnya, mengubah desain taman tempat anak bermain, peraturan yang lebih ketat dan mengurangi aktivitas seperti menyundul bola.

Ini memang sebuah langkah besar yang harus diambil dan banyak sekali yang harus diubah dalam penerapannya. Namun, fakta bahwa 9.1 persen anak di Inggris terbukti menderita Traumatic Brain Injuries (TBI) menegaskan perlunya pengetatan pada peraturan dan perubahan pada pola bermain sekaligus taman bermain anak untuk menghindari meningkatnya jumlah penderita.

Salah seorang ilmuwan dari Oxford University, Amir Sariasian mengungkap kekhawatirannya akan dampak benturan kecil pada anak di masa depannya nanti saat beranjak dewasa.

“Risikonya sangat besar saat dewasa nanti, otaknya kemungkinan tidak bisa berfungsi semaksimal dan seefektif yang diharapkan,” tuturnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya