Klaustrofobia, Takut Ruang Sempit Berujung Trauma

Gangguan mental klaustrofobia adalah wajar, tapi jika berlebihan akan menyebabkan trauma.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 28 Des 2016, 10:00 WIB
Diterbitkan 28 Des 2016, 10:00 WIB
Klaustrofobia
Klaustrofobia, gangguan mental di ruang sempit dan terbatas (Foto: The Conversation)

Liputan6.com, Jakarta Klaustrofobia digambarkan sebagai ketakutan terhadap ruangan sempit dan diperkirakan memengaruhi 5-7 persen orang dari populasi dunia. Beberapa orang tertekan ketika mereka berada di ruang sempit. Jika sudah akut, klaustrofobia bisa memicu trauma.

Kondisi seseorang berada di dalam ruang sempit seakan merasakan terperangkap, seperti di reruntuhan bangunan.

Situasi itu dapat mengancam jiwa dan mucul gangguan mental. Terjebak di ruang sempit membuat orang panik. Jantung akan berdetak lebih cepat, pusing, dan sesak napas, seperti dikutip The Conversation, Rabu (28/12/2016).

Klaustrofobia berupa kecemasan dan ketakutan yang dianggap wajar bisa berdampak buruk. Beberapa orang memiliki pengalaman traumatis.

Sebuah studi klasik menemukan, 21 penambang yang terperangkap di bawah tanah selama 14 hari mengalami trauma terhadap ruang sempit.

Orang yang mengalami klaustrofobia berlebihan akan memicu trauma. (Foto: The Conversation)

Salah satu cara memerangi klaustrofobia adalah melakukan terapi perilaku kognitif. Orang yang mengalami klaustrofobia dibantu untuk memulihkan psikologinya agar tetap tenang sampai serangan panik hilang.

Jika Anda terjebak pada di lift, hindari kepanikan. Kebanyakan orang dengan klaustrofobia akan cemas dan ketakutan menyadari diri mereka terjebak.  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya