Negara se-Asia Tenggara Berkomitmen Tuntaskan Tuberkulosis

Para menteri kesehatan dari negara-negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara menandatangani Seruan bagi Aksi Pengentasan Tuberkulosis).

oleh Fitri Syarifah diperbarui 17 Mar 2017, 14:00 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2017, 14:00 WIB
Tuberkulosis
Tuberkulosis

Liputan6.com, Jakarta Para menteri kesehatan dari negara-negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara menandatangani Call for Action for Ending TB (Seruan bagi Aksi Pengentasan Tuberkulosis).

Semua negara berkomitmen untuk meningkatkan upaya, mengalokasikan anggaran dan melaksanakan upaya inovatif, multisektoral dan komprehensif untuk mencapai target global mengentaskan penyakit ini pada 2030.

“Pengentasan tuberkulosis (TB) harus menjadi prioritas. Mengakhiri TB sangatlah penting bagi kesehatan serta pembangunan di kawasan ini,” ujar Direktur Regional WHO untuk Asia Tenggara, Dr Poonam Khetrapal Singh dalam Pertemuan Tingkat Menteri Pengentasan TB di Asia Tenggara, di New Delhi, India melalui keterangan pers, Jumat (17/3/2017).

Menurut Poonam, penyakit tuberkulosis masih terus menjadi penyebab utama kematian dan menurunnya produktivitas kelompok usia 15-49 tahun, sehingga mempengaruhi keadaan ekonomi individu dan keluarga, dan akhirnya mempengaruhi keadaan ekonomi negara. 

Pada 2015, TB menyebabkan 800 ribu kematian di kawasan ini sementara 4,74 juta kasus baru dilaporkan. Enam dari 11 negara anggota WHO di Asia Tenggara seperti Bangladesh, DPR Korea, India, Indonesia, Myanmar dan Thailand, termasuk 30 negara dengan beban TB tertinggi di dunia. 

Sementara negara-negara kawasan ini berupaya mengendalikan TB, penurunan tahunan insiden TB, sekitar 1,5%-2%, tidaklah cukup dan harus ditingkatkan 10%-15% untuk mencapai target pengentasan TB di negara dan di tingkat regional. Target global adalah menurunkan kematian TB hingga 90% dan insiden sebesar 80% pada 2030.

 

Seruan untuk mengakhiri TB juga menekankan perlunya peningkatan alokasi anggaran pemerintah dan mitra sehingga program TB nasional memiliki pembiayaan cukup.

Selain membahas strategi pengentasan TB, para menteri juga membicarakan dana Inovasi Regional untuk Implementasi (I2I) guna mempercepat upaya berbagi pengetahuan, sumber daya intelektual, dan inovasi untuk mencapai semua individu yang terkena TB dan menyediakan pengobatan bagi mereka semua. 

Dr Khetrapal Singh mengatakan bahwa negara juga perlu menerapkan uapaya-upaya yang dinilai berhasil menerapkan program perawatan dan pencegahan TB secara menyeluruh sambil meningkatkan mutu dengan mengutamakan individu (people-centered).

Untuk ini negara perlu melakukan upaya pengendalian kemiskinan, malnutrisi, peningkatan mutu pelayanan kesehatan, kesejahteraan dan faktor sosio-ekonomi lain terkait TB. Kesempatan untuk mempercepat kemajuan haruslah diraih dengan memanfaatkan kemajuan diagnostik dan pengobatan. 

"Bersama kita bisa dan harus mengakhiri TB," katanya. 

Investasi bagi pengentasan TB diharapkan memberi keuntungan kembali, dengan diselamatkannya 11 juta nyawa dan hampir sekitar 60 juta infeksi di kawasan ini hingga 2035. Ini juga akan mendukung perkembangan sosial dan ekonomi dan mencegah 300 hari yang tak dapat dimanfaatkan (DALY - Disability-Adjusted Life Year). 

Selain menteri kesehatan, para penjabat tinggi kesehatan dari negara-negara anggota, beserta wakil dari organisasi mitra seperti World Bank, The Global Fund, Stop TB (Tuberkulosis) Partnership, USAID and DFAT Australia, juga menghadiri pertemuan 2 hari yang diselenggarakan oleh WHO.

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya