Hati-hati, Mahasiswa Perfeksionis Rawan Gangguan Mental

Curran dan Hill menganalisis data dari 41.641 mahasiswa Amerika, Kanada, dan Inggris dari 164 sampel yang menyelesaikan Skala Perfeksionisme

oleh Melly Febrida diperbarui 03 Jan 2018, 06:30 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2018, 06:30 WIB
[Bintang] Ilustrasi mahasiswa
Ilustrasi mahasiswa | Via: istimewa

Liputan6.com, Jakarta Manusia tidak ada yang sempurna, tapi kini banyak mahasiswa perguruan tinggi yang ingin sempurna baik dari segi tubuh, pikiran, maupun karier. Padahal, makin meningkatnya keinginan tampil sempurna bisa memengaruhi psikologi orang tersebut.

Hal tersebut berdasarkan penelitian yang diterbitkan American Psychological Association seperti dilansir MedicalExpress, Rabu (3/1/2018).

Menurut penulis utama Thomas Curran, PhD, dari University of Bath, penelitian ini merupakan yang pertama kalinya meneliti perbedaan generasi kelompok mahasiswa perfeksionis.

Dia dan rekan penulisnya Andrew Hill, PhD, dari York St John University menunjukkan perfeksionisme mengandung "hasrat irasional untuk dicapai bersama dengan terlalu mengkritik diri sendiri dan orang lain." 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

3 jenis perfeksionisme

Suka Menggigit Kuku, Tanda Perfeksionis?
Ilustrasi. Foto: Huffingtonpost

Curran dan Hill menganalisis data dari 41.641 mahasiswa Amerika, Kanada, dan Inggris dari 164 sampel yang menyelesaikan Skala Perfeksionisme Multidimensional, sebuah ujian untuk perubahan generatif perfeksionisme, dari akhir 1980 sampai 2016.

Mereka mengukur tiga jenis perfeksionisme: berorientasi pada diri sendiri, atau keinginan irasional untuk menjadi sempurna; ditentukan secara sosial, atau melihat ekspektasi berlebihan dari orang lain; dan berorientasi pada orang lain, atau menempatkan standar yang tidak realistis pada orang lain.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Psychological Bulletin, menemukan generasi mahasiswa yang lebih baru melaporkan skor untuk setiap bentuk perfeksionisme itu jauh lebih tinggi ketimbang generasi sebelumnya.

Secara khusus, antara tahun 1989 dan 2016, nilai kesempurnaan perfeksionis meningkat sebesar 10 persen, secara sosial meningkat sebesar 33 persen, dan orientasi lainnya meningkat sebesar 16 persen.

Faktor media sosial

Sudah Tahukan Kamu Netiquette Medsos?
Ilustrasi sosial media. (via: qureta.com)

Menurut Curran, meningkatnya mahasiswa yang perfeksionisme di kalangan milenium disebabkan beberapa faktor. Misalnya, media sosial menyebabkan tekanan pada orang dewasa muda untuk menyempurnakan diri dibandingkan dengan orang lain, yang membuat mereka tidak puas dengan tubuh mereka dan meningkatkan isolasi sosial.

"Ini belum diuji dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hal ini," kata Curran.

Dorongan untuk mendapatkan uang, tekanan untuk mendapatkan pendidikan yang baik, dan ingin karier yang tinggi adalah area lain untuk terlihat perfeksionisme.

Dalam contoh lain, Curran mengutip dorongan siswa untuk menyempurnakan nilai rata-rata mereka dan membandingkannya dengan teman sebayanya. Contoh-contoh ini, menurut Curran, mewakili universitas yang mendorong persaingan antarsiswa untuk meningkatkan jenjang sosial dan ekonomi.

"Kaum muda merespons dengan melaporkan ekspektasi pendidikan dan profesional yang tidak realistis untuk diri mereka sendiri. Akibatnya, perfeksionisme meningkat di antara milenium."

Harapan tinggi terhadap diri sendiri

Ilustrasi perguruan tinggi, wisuda, mahasiswa
Ilustrasi perguruan tinggi, wisuda, mahasiswa

Temuan ini menunjukkan generasi mahasiswa yang terbaru memiliki harapan yang lebih tinggi terhadap diri mereka dan orang lain daripada generasi sebelumnya.

"Anak-anak muda sekarang bersaing satu sama lain untuk memenuhi tekanan masyarakat agar berhasil dan mereka merasa perfeksionisme diperlukan untuk merasa aman, terhubung secara sosial dan layak dilakukan."

Peningkatan perfeksionisme sebagian dapat mempengaruhi kesehatan psikologis siswa, kata Hill, mengutip tingkat depresi, kegelisahan dan pemikiran bunuh diri yang lebih tinggi daripada satu dekade yang lalu.

Hill mendesak sekolah dan pembuat kebijakan untuk mengendalikan persaingan di kalangan kaum muda guna menjaga kesehatan mental yang baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya