Liputan6.com, Jakarta Selain Indonesia, Jepang juga merupakan negara yang sering digoyang gempa. Pada 2017, ada sekitar 2.000-an gempa hadir dari skala Richter nol sampai tujuh.Â
Menurut salah satu warga negara Indonesia yang kini tinggal di Jepang, Sigit, pemerintah Jepang sudah sadar bahwa negaranya rawan gempa dan bencana lain seperti tsunami dan taifun. Selain infrastruktur, pemerintah juga mempersiapkan warganya siap menghadapi gempa.
Baca Juga
"Jepang tahu bahwa negaranya rawan gempa, oleh karena itu pemerintah dari awal mendidik penduduknya 'tahan banting' (menghadapi bencana). Makanya dari kecil sudah dididik bagaimana cara menghadapi gempa, tsunami," kata Sigit saat berbincang dengan Liputan6.com ditulis Selasa (7/8/2018).
Advertisement
Sigit yang sudah lima tahun tinggal Tokyo pun pernah mengikuti beberapa kali simulasi bencana. Ketika bumi digoyang gempa, kata Sigit, mereka diajarkan untuk tidak boleh bergerak. Lalu, jika gempa terasa makin kencang mulai merunduk atau berlindung di bawah meja. Masyarakat juga dibekali informasi harus melakukan apa ketika bangunan roboh saat gempa.
Kemampuan menghadapi gempa seperti ini bukan hasil yang didapat secara instan. Masyarakat di Jepang rutin melakukan simulasi bencana. Sigit menceritakan paling tidak setiap enam bulan sekali pengurus apartemen memberitahu bahwa akan akan simulasi bencana.
"Pelatihan mitigasi bencana atau istilahnya bousai. Jadi, ada semacam pengurus RT/RW meminta warga berkumpul, kemudian ada petugas pemadam kebakaran melatih atau mengingatkan kembali ketika ada bencana kebakaran seperti apa, gempa seperti apa, tsunami seperti apa," cerita Sigit.
Â
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
Latihan menghadapi bencana
Andreas Hermawan yang tinggal di Shizuoka juga menceritakan di areanya rutin dilakukan latihan menghadapi bencana. Bahkan, kantor atau perusahaan dengan jumlah pegawai lebih dari 50 orang wajib melaksanakan latihan menghadapi bencana.
"Isi latihan biasanya berlindung diri saat gempa, menghindari kebakaran dengan mematikan listrik atau gas, pemadaman api, pemberian P3K," cerita Andreas saat dihubungi lewat pesan singkat.
Saat latihan menghadapi bencana, petugas akan memberitahu taman atau sekolah mana yang dijadikan titik evakuasi. Sehingga, warga Jepang tak bakal kebingungan harus ke mana ketika bencana melanda.Â
"Dengan latihan rutin, baik di lingkungan tempat tinggal, sekolah maupun tempat kerja diharapkan kesadaran dan kewaspadaan meningkat. Kesadaran maksudnya lebih pada kesadaran individu menyelamatkan diri, tidak dipasrahkan tim penyelamat," kata Andreas.
Advertisement