Bukti Pertama Partikel Polusi Udara Ditemukan pada Plasenta Janin

Bukti pertama yang baru ditemukan, partikel polusi udara terdapat dalam plasenta janin di rahim ibu hamil.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 19 Sep 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2018, 08:00 WIB
Ilustrasi polusi udara
Partikel polusi udara dapat mencapai plasenta janin yang berada di dalam rahim. (iStock)

Liputan6.com, London, Inggris Partikel polusi udara berhasil ditemukan para peneliti di Inggris pada plasenta janin di dalam rahim. Adanya temuan ini sebagai bukti pertama, partikel kecil dari karbon mencapai rahim ibu hamil. Partikel kecil ini biasanya tercipta dari pembakaran bahan bakar fosil.

Penelitian partikel polusi udara menambah bukti tentang bahaya polusi udara bagi bayi yang belum lahir. Kehadiran partikel polusi udara terjadi saat ibu hamil menghirup udara yang tercemar. Kemudian partikel karbon dapat mencapai plasenta melalui aliran darah.

Penelitian sebelumnya menunjukkan, hubungan antara paparan polusi udara dan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, kematian bayi, dan masalah pernapasan pada masa kanak-kanak.

“Hingga saat ini, ada sedikit bukti, partikel (polusi udara) yang dihirup masuk ke dalam darah dari paru-paru.  Selain itu, polusi udara juga mempengaruhi perkembangan janin dan bisa terus mempengaruhi bayi setelah lahir sampai sepanjang hidup mereka," kata peneliti Lisa Miyashita dari Queen Mary University of London, sebagaimana dikutip dari Independent, Selasa (18/9/2018).

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Teliti plasenta

Ilustrasi ibu hamil (iStock)
Partisipasi penelitian dari ibu yang baru melahirkan di London. (iStock)

Penelitian dilakukan atas partisipasi dari lima ibu yang baru melahirkan secara caeser. Kelima ibu tersebut tinggal di London dan tidak punya kebiasaan merokok. Mereka melahirkan bayi yang sehat di Royal London Hospital dan memberi izin untuk plasenta diteliti.

Para peneliti mempelajari sel, yang disebut makrofag plasenta. Sel itu yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh dan berperan menelan partikel berbahaya, seperti bakteri dan partikel polusi udara, serta membantu melindungi janin.

Sebuah mikroskop berkekuatan tinggi digunakan untuk mencari daerah hitam kecil yang diyakini peneliti adalah partikel karbon. Dari total 3.500 sel makrofag plasenta, sebanyak 60 sel makrofag ada 72 titik hitam kecil partikel karbon.

Setiap plasenta rata-rata mengandung sekitar lima mikrometer persegi zat hitam karbon polusi udara.

“Ini karena kebanyakan dari partikel karbon harus ditelan sel makrofag dalam plasenta, terutama partikel yang lebih besar. Hasil temuan kami memberikan bukti pertama, partikel polusi yang dihirup dapat bergerak dari paru-paru ke darah, kemudian ke plasenta," Lisa melanjutkan.

Ibu hamil rentan terpapar polusi udara

Ilustrasi ibu hamil (iStock)
Ibu hamil rentan terpapar polusi udara. (iStock)

Penelitian polusi udara dan plasenta dipresentasikan Lisa dan Norrice Liu, seorang dokter anak dan peneliti klinis di European Respiratory Society International Congress pada hari Minggu, 16 September 2018. Partikel karbon kemungkinan juga bisa bergerak ke janin.

"Sebenarnya partikel karbon tidak perlu masuk ke tubuh bayi yang bisa berdampak buruk pada janin. Dari partikel menempel pada plasenta, ini akan berdampak langsung juga pada janin," Lisa melanjutkan.

Menilik temuan tersebut, ibu hamil yang tinggal di kota-kota dan tercemar polusi udara lebih rentan alami masalah kehamilan, seperti pertumbuhan janin yang kurang, kelahiran prematur, dan kelahiran rendah berat badan bayi, menurut peneliti Mina Gaga dari European Respiratory Society, yang tidak terlibat dalam penelitian.

“Penelitian baru ini menunjukkan, bagaimana bayi dipengaruhi polusi udara, yang secara teoritis berada di dalam rahim. Untuk itu, kita harus meningkatkan kesadaran antara dokter dan masyarakat mengenai efek berbahaya dari polusi udara pada ibu hamil," jelas Mina.

Pemerintah perlu menerapkan kebijakan yang lebih ketat soal udara yang lebih bersih. Ini demi mengurangi dampak polusi terhadap kesehatan di seluruh dunia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya