Liputan6.com, Jakarta Anak generasi milenial tidak lepas dengan gawai dan peralatan elektronik lainnya. Jika tidak diawasi, anak bisa berlebihan menggunakan gawai.
Untungnya, masih cara yang sering dilipakan oleh orangtua saat ini tapi cukup efektif mengalihkan perhatian anak dari gawai. Yaitu mendongeng.
Baca Juga
Menurut pendongeng dari komunitas Kerajaan Dongeng Indonesia Herwan Husdiawan, kegiatan mendongeng tidak hanya menjauhkan anak dari dampak buruk gawai. Namun juga secara tidak langsung mengajak mereka untuk membaca.
Advertisement
"Setelah diceritakan, anak-anak juga terinspirasi dan penasaran akan ceritanya, 'Kayaknya seru deh ceritanya, saya baca sendiri deh,' akhirnya mereka akan baca buku," ujar pria yang akrab disapa Wawan ini di Museum Negeri NTB, Lombok, Nusa Tenggara Barat beberapa waktu lalu ditulis Rabu (21/11/2018).
Tak Wawan mengatakan, saat ini kehadiran gawai dan televisi bila tidak diawasi oleh orangtua bisa banyak memberikan dampak buruk pada anak.
"Sekarang gadget, TV menyerang sekali. Kami berharap dengan dongeng dan kegiatan seperti ini, orangtua atau guru bisa lebih dekat dengan anak-anaknya," kata Wawan yang pernah menjadi seorang guru honorer tersebut.
Simak juga video menarik berikut ini:
Gawai membuat ikatan orangtua dan anak merenggang
Senada dengan Wawan, Ketua PKK NTB Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah, mengatakan perkembangan teknologi membuat hubungan orangtua dan anak semakin renggang. Lewat mendongeng, bisa jadi sarana yang baik menjalin hubungan baik antara orangtua dan anak.
"Akan sangat baik bahwa orangtua sadar dengan dongeng bisa terjalin ikatan yang baik antara orangtua dan anak. Juga untuk para guru, dengan bercerita anak-anak bisa didekati dan disentuh hatinya," kata Niken yang merupakan istri Gubernur NTB Zulkieflimansyah ini.
Lewat dongeng, kata Niken, pesan-pesan baik dari generasi tua ke generasi yang lebih muda juga bisa diturunkan serta dimengerti dengan mudah.
"Ketika dulu tidak ada TV tidak ada internet, dongeng menjadi sarana bagus untuk menyampaikan nilai-nilai. Sekarang anak-anaknya sudah teralihkan karena gawai dan televisi, sehingga transfer nilai itu sangat kurang," tutur Niken.
Advertisement