Liputan6.com, Jakarta Disfungsi ereksi biasanya memang tidak hanya diakibatkan oleh satu penyebab saja. Namun, studi tentang keterkaitan kondisi tersebut dengan melihat pornografi banyak dilakukan dan menuai beragam tanggapan.
Mengutip Medical News Today pada Jumat (15/2/2019), beberapa organisasi mendukung gagasan tersebut. Sebuah studi tahun 2016 yang ditulis oleh Gary Wilson dari organisasi Your Brain on Porn mengklaim bahwa banyak pria yang mencari pertolongan karena disfungsi ereksi, akibat efek desensitisasi dari pornografi "hardcore."
Baca Juga
Studi itu berpendapat bahwa pornografi mungkin diperlukan untuk meningkatkan rangsangan seksual untuk merasa tetap terangsang. Namun, artikel itu menyatakan bahwa hal itu bisa menurunkan kepuasan pria terhadap tubuh mereka sendiri, memicu kecemasan saat berhubungan seks.
Advertisement
Wilson menyatakan bahwa penggunaan pornografi bisa mengubah cara otak bereaksi terhadap rangsangan. Membuat pria merasa tidak terlalu terangsang oleh pasangan di kehidupan nyata.
Namun, studi ini menimbulkan bias. Beberapa penelitian lain menemukan lemahnya hubungan antara pornografi dengan disfungsi ereksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pornografi mungkin bisa menjadi penyebab kasus disfungsi ereksi, namun bukan satu-satunya faktor.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Tidak ada bukti ilmiah
Para pakar lain menyatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang mendukung gagasan terjadinya disfungsi ereksi akibat pornografi.
"Ada tiga studi laboratorium yang menunjukkan bahwa menonton film seks tidak berhubungan dengan fungsi ereksi," kata perusahaan riset seks di Los Angeles bernama Liberos, Dr Nicole Prause sepeti dikutip dari Health24.
"Para terapis secara harfiah membuat gagasan bahwa ini terhubungan pada pasien mereka," tambah Prause.
"Dalam pengalaman klinis saya, saya tidak menemukan porno sebagai penyebab langsung (kelainan ereksi, ejakulasi dini, dan ejakulasi tertunda)," kata psikoterapis Ian Kerner.
Kerner mengatakan bahwa mungkin, pornografi bisa memberikan Anda harapan yang tidak realistis tentang seks dan bisa menimbulkan kecemasan. Namun, seringkali hal tersebut dikesampingkan dan orang menyalahkan pornografi.
"Saya belum melihat penelitian yang baik untuk menunjukkan bahwa porno entah bagaimana, mengembalikan otak laki-laki menjadi disfungsi seksual," kata Kerner.
Kerner mengatakan, salah satu yang membuat disfungsi ereksi kemungkinan adalah stimulus tertentu saat masturbasi. Ada jenis tekanan dan gesekan yang sulit ditiru saat berhubungan seks. Sehingga, Anda mungkin mengalami kesulitan untuk memberikan orgasme pasangan.
"Ini akan menjadi masalah masturbasi, bukan porno, dan lebih mudah diselesaikan," kata Kerner.
Advertisement