Solusi Ekstrem Ilmuwan Swedia Mengatasi Perubahan Iklim, Makan Daging Manusia

Seorang profesor di Swedia mengatakan, makan daging manusia dari mayat yang sudah mati bisa mengatasi perubahan iklim

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 11 Sep 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2019, 10:00 WIB
Makanan untuk Mencegah Kanker Usus
Ilmuwan di Swedia memiliki rekomendasi ekstrem untuk mengatasi perubahan iklim yaitu makan daging manusia (Sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Perubahan iklim saat ini menjadi masalah bersama umat manusia. Baru-baru ini, seorang ilmuwan asal Swedia mengemukakan solusi ekstrem untuk mengatasi hal ini yaitu dengan mengonsumsi daging manusia.

Profesor Magnus Soderlund dari Stockholm School of Economics mengatakan bahwa makan daging manusia bisa menjadi alternatif berkelanjutkan untuk daging dan susu. Namun, perlu ditekankan di sini yang dimaksud daging manusia adalah mengambil dari tubuh orang yang sudah meninggal.

Dikutip dari New York Post pada Selasa (10/9/2019), gagasan kontroversial itu diklaim mampu menjadi salah satu solusi ketahanan pangan di masa depan. Salah satu alasannya adalah karena manusia terlalu egois untuk hidup berkelanjutan.

Soderlund sendiri mengatakan bahwa dia tidak menutup keinginan untuk mencoba mengonsumsi makan daging manusia.

"Saya merasa agak ragu tapi agar tidak terlihat terlalu konservatif, saya harus mengatakan, saya terbuka untuk paling tidak mencicipinya," kata Soderlund pada TV4 Swedia.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Bahaya Makan Daging Manusia

Senyawa Berbahaya pada Makanan yang Dibakar
Ilmuwan di Swedia memiliki rekomendasi ekstrem untuk mengatasi perubahan iklim yaitu makan daging manusia (Sumber: iStockphoto)

Di sisi lain, Soderlund juga memberikan rekomendasi yang lebih masuk asal. Dua cara yang diusulkannya adalah dengan mengonsumsi hewan peliharaan dan serangga.

Meski begitu, Soderland tidak menjelaskan tentang bahaya yang bisa timbul ketika seseorang makan daging manusia.

Epoch Times melaporkan bahwa sebuah suku di Papua Nugini bernama Fore, sempat mengalami epidemi penyakit yang disebut 'kuru.' Penyakit itu disebabkan oleh kebiasaan mereka mengonsumsi daging jenazah yang sudah meninggal.

Penyakit tersebut dilaporkan merusak bagian otak hingga membuat korbannya meninggal. Korban penyakit kuru terakhir kali tercatat di 2009.

Soderlund sendiri menyatakan gagasannya tersebut dalam sebuah seminar bertajuk "Can You Imagine Eating Human Flesh?" di Stockholm, Swedia. Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari acara Gastro Summit yang diadakan di 3 dan 4 September 2019.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya