Menkes Terawan Minta Balai Tanaman Obat Tawangmangu Kolaborasi Kembangkan Obat Asli Indonesia

Menkes Terawan meminta Balai Tanaman Obat Tawangmangu berkolaborasi kembangkan obat berbahan baku asli Indonesia.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 25 Feb 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2020, 07:00 WIB
Terawan Agus Putranto
Menteri Kesehatan RI saat Kunjungan Kerja Menteri Kesehatan RI "Penggunaan Hasil Riset OMAI di Fasilitas Kesehatan pada 21 Februari 2020, di Dexa Site Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. (Dok Public Relation Dexa Group)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto meminta Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu berkolaborasi dalam pengembangan obat berbahan baku asli Indonesia. Obat ini disebut dengan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI). 

"Tadi saya perintahkan, Balai Tanaman Obat Tawangmangu kan pusat riset obat tradisional. Itu punya Kementerian Kesehatan yang paling besar. Saya suruh saling tukar dan kolaborasi (dengan perusahaan farmasi swasta) mengembangkan OMAI," tutur Terawan usai acara Kunjungan Kerja Menteri Kesehatan RI "Penggunaan Hasil Riset OMAI di Dexa Site Cikarang, Bekasi, Jawa Barat beberapa hari lalu.

"Saya kasih SPJ (Surat Pertangggungjawaban) kalau datang ke sini (Dexa Group). Supaya mereka mendukung pabrik obat swasta mengembangkan OMAI. Kalau enggak ada suntikan itu enggak bisa. Itu hal sederhana yang membuat mereka mau riset di sini."

Adanya kolaborasi pemerintah dan swasta akan membuat produksi obat berbahan baku asli Indonesia makin berkembang. Kelak, bila ada pabrik obat swasta lain dapat ikut dibantu dengan riset.

"Nanti kalau ada pabrik lain juga dibantu risetnya. Nah, dari sini (Dexa Group) juga datang ke sana (Balai Tanaman Obat Tawangmangu)," lanjut Terawan.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Perkuat Ketahanan Kesehatan Bangsa

Terawan Agus Putranto
Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto saat Kunjungan Kerja Menteri Kesehatan RI "Penggunaan Hasil Riset OMAI di Dexa Site Cikarang, Bekasi, Jawa Barat pada Jumat (21/2/2020). (Dok Public Relation Dexa Group)

Kolaborasi mengembangkan obat berbahan baku asli Indonesia bertujuan memperkuat ketahanan kesehatan bangsa. Kita dapat mandiri menggunakan bahan baku obat dalam negeri, yang diperoleh dari tanaman dan hewan di Indonesia.

"Kita sama-sama mengemabangkan, tanaman obat apa saja yang sudah bisa diriset. Dalam hal ini kita bukan mencari paten, tapi mencari OMAI," Terawan menambahkan.

"Dengan demikian, kekuatan ketahanan bangsa di bidang ketahanan nasional bisa tercapai. Tentunya, juga men-support ketahanan kesehatan global."

Ketahanan kesehatan global sekarang, menurut Terawan, lagi runtuh akibat wabah virus corona atau COVID-19. Perdagangan ekspor impor terhenti, termasuk bahan baku farmasi. Padahal, 60 persen bahan baku impor farmasi dalam negeri dipasok dari Tiongkok.

"Ketahanan nasional ini tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, saya sudah bolak-balik ngomong, bukan hanya berpikir mengandalkan pikiran kemampuan dan kehebatan. Kita harus mengandalkan Tuhan dan berdoa," ujar Terawan.

Peluang Kembangkan Obat

Terawan Agus Putranto
Ditemui di Dexa Site Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto mendorong produksi Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) untuk menghadapi COVID-19 karena stok bahan baku impor bahan baku obat kimia di Tiongkok terhenti. (Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Obat berbahan baku asli Indonesia sebagai substitusi bahan baku obat kimiawi. Dilihat dari pembiayaan produksi pun akan jauh lebih murah. Harga obat menjadi terjangkau.

"Saya tidak anggap tantangan, tapi peluang. Kita tetap berjuang kekurangannya di mana, lalu kita substitusi dengan obat asli indonesia. Jadi, kalau harga obat turun, ya itu karena kita berhasil melakukan substitusi. ini kenyataan di lapangan, saya sudah dapat laporannya juga," Terawan melanjutkan.

Contoh bahan baku obat asli Indonesia di antaranya, omeprazole, simvastatin, esomeprazole, pantoprazole, dan evavirens. Bahan baku obat yang mulai diproduksi pada Agustus 2020, antara lain valsartan, amlodipin, dan candesartan.

"Untuk jangka pendek, kita berjuang memenuhi obat (dalam negeri), sedangkan jangka panjang untuk ekspor. Jadi, bukan sekadar memenuhi kebutuhan obat dalam negeri saja. Kita selalu optimis kedepannya," tutup Terawan.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya