Liputan6.com, Jakarta Ilmuwan masih mencari tahu sifat pasti dari virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Termasuk kemungkinannya untuk bertahan di udara.
Baru-baru ini, para ilmuwan di Italia mendeteksi adanya virus corona dalam partikel-partikel di polusi udara. Namun belum diketahui apakah mereka bisa hidup stabil dan berpotensi menyebarkan penyakit melalui udara karena studi ini masih pada tahap awal.
Baca Juga
Pimpinan studi Leonardo Setti dari University of Bologna mengatakan mereka mengumpulkan sampel polusi udara di luar ruangan dari sebuah daerah pemukiman dan satu wilayah industri di Bergamo untuk mengidentifikasi adanya gen COVID-19 dari berbagai sampel.
Advertisement
Setti mengatakan, penelitian ini penting untuk mencari tahu apakah virus ini bisa dibawa lebih luas oleh polusi udara.
"Jika kita tahu, kita bisa menemukan solusinya. Namun jika kita tidak tahu, kita hanya akan menderita konsekuensinya," kata Setti seperti dikutip dari The Guardian pada Minggu (26/4/2020).
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Belum Ada Kaitan Polusi Udara dengan Penyebaran Wabah
Dalam abstraksinya di medRxiv, Setti dan rekan-rekannya mengatakan bahwa studi masih terus dilanjutkan.
"Saat ini, tidak ada asumsi yang bisa dibuat mengenai korelasi antara keberadaan virus pada PM (Particulate Matter) dan perkembangan wabah COVID-19," tulis para peneliti.
Namun, Profesor Frank Kelly dari Imperial College London mengatakan meski gagasan ini menarik dan mungkin terjadi, ia ingin melihat ada penelitian lain yang dilakukan oleh dua atau tiga kelompok lainnya.
Terkait studi di Italia, Profesor Jonathan Reid dari Bristol University, Inggris mengatakan bahwa tidak terlalu mengejutkan apabila ada kemungkinan virus bisa melayang di udara.
"Percikan-percikan kecil dapat bergabung dengan partikel-partikel di perkotaan dan terbawa," kata ilmuwan yang juga meneliti kemungkinan penularan COVID-19 lewat udara tersebut.
Advertisement
Studi Lain Terkait Polusi Udara dan Virus Corona
Penelitian terkait mengenai hubungan virus corona penyebab COVID-19 dengan polusi udara juga dilakukan oleh beberapa ilmuwan lain. Salah satunya dimuat di The Journal of Infection oleh Antonio Frontera, Claire Martin, Kostantions Vlachos, dan Giovanni Sgubin.
"Hipotesis kami adalah bahwa atmosfer, polusi udara yang kaya, bersama-sama dengan kondisi iklim tertentu dapat mempromosikan partikel virus yang lebih awet di udara sehingga mendukung difusi 'tidak langsung' di samping yang secara langsung (individu ke individu)," tulis para peneliti dikutip dalam catatannya di laman US National Library of Medicine National Institutes of Health.
"Oleh karena itu kami mendorong penyelidikan lebih lanjut yang berfokus pada peran aspek-aspek ini dalam perkembangan wabah COVID-19 di wilayah tinggi industri."
Mereka menambahkan, studi semacam ini bisa menjadi antisipasi terhadap kondisi tertentu sehingga memungkinkan langkah-langkah mitigasi yang tepat waktu di wilayah-wilayah kritis.
"Ini dapat memperkuat kebutuhan untuk mengurangi tingkat polusi udara sebagai bagian dari langkah-langkah kesehatan masyarakat untuk mengurangi penyebaran COVID-19 dan infeksi lainnya."