Jumlah Kematian akibat COVID-19 di AS Lampaui Korban Meninggal Perang Vietnam

AS mencatat jumlah kematian akibat COVID-19 melebihi nyawa yang melayang akibat Perang Vietnam

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 29 Apr 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2020, 20:00 WIB
FOTO: Kuburan Massal Korban Corona COVID-19 di New York
Pekerja yang mengenakan alat pelindung diri mengubur jenazah dalam parit di Pulau Hart, Bronx, New York, Amerika Serikat, Kamis (9/4/2020). Jenazah krban virus corona COVID-19 dikirimkan ke kuburan massal dengan kapal tongkang, lalu dimakamkan di parit besar. (AP Photo/John Minchillo)

Liputan6.com, Jakarta Amerika Serikat (AS) mencatat kasus COVID-19 terbanyak di dunia. Data worldometer mencatat hingga hari ini pukul 10.00 terdapat 1.035.765 konfirmasi virus corona dengan 59.266 kematian.

Total angka kematian akibat COVID-19 di AS saat ini disebut-sebut melampaui jumlah korban meninggal akibat Perang Vietnam.

Dikutip dari LAD Bible pada Rabu (29/4/2020), yang perlu dicatat adalah angka tersebut dicapai hanya dalam waktu sekitar dua bulan. Sementara itu, Perang Vietnam merenggut 58.318 nyawa sejak berlangsung dari 1955 hingga 1975.

Dikutip dari SBS News, beberapa pihak mengatakan kemungkinan angka kasus COVID-19 di AS lebih tinggi. Beberapa pejabat kesehatan masyarakat juga memperingatkan bahwa pekerja yang terlatih dan bahan pengujian memiliki kapasitas terbatas.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

Prediksi Kasus Kematian Tertinggi

FOTO: Kasus Corona di Amerika Serikat Tembus 1 Juta
Sebuah ambulans terlihat di Times Square, New York, Amerika Serikat, Senin (27/4/2020). Menurut Center for Systems Science and Engineering di Universitas Johns Hopkins hingga 29 April 2020 pukul 00.55 WIB, jumlah kasus COVID-19 di Amerika Serikat melampaui 1 juta. (Xinhua/Michael Nagle)

Sekitar 30 persen kasus di AS terjadi di negara bagian New York, diikuti New Jersey, Massachusetts, California, dan Pennyslvania.

Pejabat Gedung Putih memprediksikan, angka kematian tertinggi bisa mencapai 74 ribu pada bulan Agustus. Jumlah tersebut lebih rendah daripada perkiraan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yaitu di angka 100 ribu.

Sempat ada wacana pembukaan kembali beberapa wilayah di AS usai menyatakan karantina selama beberapa pekan. Namun, dilaporkan beberapa gubernur negara bagian, termasuk New York menunda pelonggaran kebijakan karena khawatir akan memicu gelombang kedua infeksi.

"Kami ingin membuka lagi, tapi kami ingin melakukannya tanpa menginfeksi lebih banyak orang atau membuat sistem rumah sakit kewalahan," kata Gubernur New York Andrew Cuomo seperti dikutip dari Channel News Asia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya