Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla berharap Indonesia dapat berkontribusi dalam penemuan ilmiah untuk pengobatan pasien COVID-19. Artinya, tidak selalu bergantung pada sumbangan negara lain untuk penanganan COVID-19.
"Indonesia harus punya kontribusi terhadap dunia bidang sains untuk penanganan COVID-19. Jangan seperti selama ini, segala sesuatu minta dari Tiongkok," ujar JK saat bertemu dengan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio di Kantor LBM Eijkman, Jakarta Pusat, kemarin (13/5/2020).
Advertisement
Dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com, PMI berada dalam posisi melakukan supporting penyediaan fasilitas pengolahan darah. Fasilitas ini dimiliki PMI dan tersebar pada 15 kota besar di Indonesia.
"PMI berada dalam posisi mensupport, tidak berada pada wilayah ilmiah saintis yang merupakan tanggung jawab Eijkman. Oleh karena itu, PMI akan mempersilakan Eijkman untuk menggunakan fasilitas pengolahan darah yang dimiliki PMI dan tersebar di 15 kota besar demi pengobatan COVID-19," pungkas JK.
Plasma Darah Akan Diperiksa di Eijkman
Amin menambahkan, pemerintah tengah menyiapkan perlindungan etik bagi tenaga kesehatan yang terlibat dalam program pengolahan plasma darah.
"Teman-teman di rumah sakit butuh perlindungan etik dan peraturannya, supaya nanti ketika terjadi sesuatu kemudian ada tuntutan mereka tidak disalahkan. Karena sudah di-approve oleh BPOM dan disetujui Komite Etik," tambahnya.
Setelah protokol nasional dan perlindungan etik disahkan, pelayanan Terapi Plasma Konvalesen ini dimulai dari pendataan penyintas COVID-19 di rumah sakit. Kemudian data tersebut ditindaklanjuti PMI yang akan memeriksa kelayakan pendonor. Jika memenuhi persyaratan, pendonor akan diambil plasma darah.
"Dari rumah sakit sampai mengambil plasma itu tugas PMI," ujar Amin.
Plasma darah yang mengandung antibodi penyintas COVID-19 akan diperiksa di laboratorium Eijkman. Kapasitas laboratorium Eijkman saat ini mampu menguji 1.116 sampel spesimen per hari.
Advertisement