Jadi Pelaku Bullying, Ini Saran Psikolog agar Berhenti Lakukan Perundungan

Berikut ini saran psikolog klinis bagi pelaku bullying agar mampu menghentikan aksi perundungan.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 18 Jul 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2020, 20:00 WIB
Bullying Penindasan dan Kekerasan
Ilustrasi Foto Bullying (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Bullying atau perundungan masih jadi masalah yang kerap ditemukan di masyarakat, khususnya di kalangan anak dan remaja.

Bukan hanya korban atau penyintas bullying saja yang membutuhkan perhatian, namun pelaku perundungan juga harus diperhatikan agar tidak lagi melakukan aksi semacam ini.

Untuk ini, psikolog klinis Astrid Wen memiliki beberapa saran apabila seseorang menjadi pelaku perundungan namun juga ingin berhenti melakukannya.

Dalam sebuah seminar daring beberapa waktu lalu, ditulis Sabtu (18/7/2020), Astrid mengatakan bahwa yang perlu dilakukan untuk pelaku perundungan pertama kali adalah dengan berhenti melakukan bullying.

"Setop tindakannya, memang tidak keren," kata Astrid. "Lalu ceritakan dengan teman atau mentor kita dan kita perlu memulai cari teman yang lebih positif," kata psikolog dari PION Clinicians ini.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

Semua Orang Sama Kerennya

Ngumpul Bersama Teman
Ilustrasi Foto Aktivitas Diluar Ruang (iStockphoto)

Apabila semua langkah tadi sudah dilakukan namun tetap tidak bisa berhenti merundung orang lain, Astrid menyarankan agar seseorang membawanya ke profesional kesehatan mental untuk menanganinya.

"Kalau kita sulit berubah langsung datang ke psikolog karena akan dibantu untuk mengubah tingkah laku kekerasan ini," ujarnya.

Astrid mengatakan untuk mencegah aksi perundungan, yang perlu kita tanamkan dalam diri adalah konsep bahwa semua orang sama.

"Semua orang sama kerennya. Kamu lebih keren dariku, aku juga lebih keren dari kamu. Kamu tidak lebih keren dariku, aku juga tidak lebih keren dari kamu. Jadi kita sebenarnya setara," katanya.

"Kita harus melihat bahwa setiap orang punya keunikannya masing-masing, punya juga kelemahannya masing-masing. Tidak keren kalau kita menjelekkan kelemahannya tanpa melihat orang ini punya banyak kelebihan yang bisa kita dukung."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya