115 Dokter Meninggal Terkait COVID-19, IDI: 300 Ribu Rakyat Indonesia Kehilangan Pelayanan Kesehatan

Adanya 115 kematian dokter terkait COVID-19, sebanyak 300.000 rakyat Indonesia akan kehilangan pelayanan.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 14 Sep 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2020, 21:00 WIB
Arak-arakan Peti Mati dalam Sosialisasi Bahaya Covid-19 di Kecamatan Cilandak
Petugas gabungan dari Kecamatan Cilandak dan Polsek Cilandak mengarak instalasi peti mati jenazah Covid-19 di kantor kecamatan Cilandak, Jakarta, Jumat (28/8/2020). Sosialisasi tersebut dilakukan untuk memberikan peringatan akan bahaya penularan virus Covid-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi menyampaikan, kematian dokter terkait COVID-19 akan berdampak terhadap pelayanan kepada masyarakat.

"Kematian dokter yang saat ini 115 dokter dengan asumsi satu dokter melayani 2.500 orang. Maka, menggambarkan rakyat Indonesia hampir 300.000 orang akan kehilangan pelayanan dari dokter," ujar Adib dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Senin (14/9/2020).

"Begitu juga dengan meninggalnya dokter gigi dan perawat."

Lebih lanjut, Adib mengungkapkan, jumlah dokter di Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara, yaitu 0,4 dokter per 1.000 penduduk.

"Artinya, Indonesia hanya memiliki 4 dokter yang melayani 10.000 penduduknya," ungkapnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Rasio Dokter Spesialis Rendah

Imunisasi Campak di Tengah Pandemi Covid-19
Petugas Puskesmas mengambil vaksin sebelum imunisasi campak pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di SDN Serua 3, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (2/9/2020). Imunisasi yang bagi siswa kelas 1 SD sepi peminat mengingat kekhawatiran orang tua di masa pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Rasio dokter spesialis juga rendah, yakni 0,13 persen per 1.000 penduduk. Permasalahan lain dilihat dari distribusi tenaga medis dan tenaga kesehatan yang terkonsentrasi di Pulau Jawa dan kota-kota besar lain.

"Apalagi dengan meninggalnya dokter spesialis yang saat ini masih dirasakan kurang di Indonesia," tambah Adib.

"Dokter adalah aset bangsa, investasi untuk menghasilkan dokter dan dokter spesialis sangat mahal. Kehilangan dokter tentunya akan dapat berakibat menurunnya kualitas pelayanan bagi rakyat Indonesia."

 


Dokter Spesialis Meninggal

Arak-arakan Peti Mati dalam Sosialisasi Bahaya Covid-19 di Kecamatan Cilandak
Petugas gabungan dari Kecamatan Cilandak dan Polsek Cilandak mengarak instalasi peti mati jenazah Covid-19 di kantor kecamatan Cilandak, Jakarta, Jumat (28/8/2020). Sosialisasi tersebut dilakukan untuk memberikan peringatan akan bahaya penularan virus Covid-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Pembaruan data Tim Mitigasi IDI per 13 September 2020, berikut rincian 115 dokter yang meninggal:

1. 60 dokter umum (3 guru besar)

2. 53 dokter spesialis (4 guru besar)

3. 2 dokter residen

Untuk rincian 53 dokter spesialis yang meninggal, antara lain:

1. Interna 8

2. Bedah 7

3. Obgyn 5

4. THT-KL 4

5. Pediatri 4

6. Psikiatri 4

7. Anestesi 3

8. Orthopedi 3

9. Paru 3

10. Neurologi 3

11. Radiologi 2

12. Bedah Saraf 2

13. Jantung dan pembuluh darah 1

14. Farmakologi klinis 1

15. Kedokteran fisik 1

16. Urologi 1

17. Kedokteran Okupasi 1

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya