Liputan6.com, Jakarta - Hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak hanya bisa terjadi pada orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Penyakit ini dapat memicu terjadinya obesitas, stroke, penyakit jantung, hingga ginjal.
Hipertensi pada anak salah satunya dipicu oleh faktor riwayat penyakit pada keluarga. Namun, masalah kesehatan lainnya seperti kelainan hormonal, penyempitan aorta, juga gangguan tidur dapat menjadi penyebabnya.
Baca Juga
Untuk mencegah tekanan darah tinggi pada anak, tentunya faktor-faktor risiko tersebut harus diatasi. Selain itu, perlu mengubah pola makan dan olahraga, mengontrol tekanan darah, dan memeriksakan kesehatan ke dokter.
Advertisement
Simak Juga Video Berikut
Penanganan Hipertensi Pada Anak
Memang secara umum penanganan hipertensi pada anak tidak jauh berbeda dengan penanganan pada orang dewasa. Namun, para peneliti masih terus mencari cara yang paling efektif untuk penanganan pada anak. Berikut beberapa panduan umum untuk mengatasi tekanan darah tinggi pada anak dilansir dari WebMD:
1. Pola Makan DASHÂ
Pola makan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) mengatur konsumsi lebih sedikit lemak sementara konsumsi buah, sayuran, dan biji-bijian diperbanyak. Selain itu, asupan garam pun turut dibatasi.
2. Memantau berat badan
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Dengan mengikuti pola makan DASH dan ditambah dengan olahraga, akan membantu menurunkan berat badan anak. Dokter anak atau rujukannya juga dapat membantu membuat program penurunan berat badan anak.
3. Hindari asap rokok
Asap rokok bisa menaikkan tekanan darah yang berefek pada rusaknya jantung dan pembuluh darah anak. Anak-anak harus dihindari dari asap rokok.Â
4. Minum obat
Jika hipertensi anak sudah parah, mungkin dokter akan meresepkan obat. Obat yang digunakan antara lain diuretik untuk mengurangi cairan dalam darah, kemudian penghambat ACE, alpha-blockers, dan penghambat saluran kalsium untuk menjaga agar pembuluh darah tidak menegang. Lalu ada pula beta-blocker yang mencegah tubuh membuat hormon adrenalin.
Â
Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi
Advertisement