Menkes Budi Gunadi Ungkap 2 Skenario Penanganan COVID-19 2022

Menkes Budi Gunadi Sadikin ungkap 2 skenario penanganan COVID-19 tahun 2022.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 15 Sep 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2021, 15:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meninjau Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Haji Jakarta pada Minggu, 11 Juli 2021 pagi. (Dok Rokom Kementerian Kesehatan RI/Loka)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan dua skenario penanganan COVID-19 tahun 2022. Skenario A, tidak ada lonjakan dari varian Virus Corona baru, kondisi berubah pandemi ke endemi, sedangkan skenario B bila ada lonjakan COVID-19 dengan kemunculan varian baru.

"Kita menggunakan dua asumsi. Pertama, asumsi bahwa tidak ada (lonjakan) varian baru, sehingga kondisinya normal, berubah dari pandemi ke endemi," ungkap Budi Gunadi saat Rapat Kerja Bersama Komisi IX DPR RI baru-baru ini.

"Tapi opsi kedua adalah kalau ada varian baru, lalu terjadi lonjakan. Kedua opsi ini sudah kami bicarakan diskusikan dengan Kementerian Keuangan agar skenario-skenario ini dipersiapkan mengenai anggarannya."

Pada skenario endemi, Kemenkes memperkirakan bahwa kasus COVID-19 setahun berkisar 1,9 juta. Sebagai informasi, kasus COVID-19 nasional yang sudah berjalan sejak Maret 2020 sampai sekarang sudah ada 4 juta kasus.

"Jadi, untuk skenario A yaitu kondisinya membaik terus, ada 1,9 juta kasus. Skenario B, kalau terjadi ada lonjakan pada varian baru yang mengakibatkan lonjakan kasus, kami mengestimasikan ada 3,9 juta kasus," jelas Budi Gunadi.

"Jumlah tersebut 2 juta kasus lebih tinggi dibandingkan dengan skenario normal yang sebenarnya tidak ada lonjakan (skenario endemi)."

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Estimasi Perhitungan Kasus Positif COVID-19 2022

Antrean Ambulans di Wisma Atlet Imbas Melonjaknya Pasien COVID-19
Antrean ambulans saat mengantarkan pasien positif Covid-19 di pintu masuk RSD Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/6/2021). Meningkatnya jumlah warga yang terpapar Covid-19 menyebabkan antrean ambulans yang hendak masuk ke RSD Wisma Atlet Kemayoran. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Estimasi perhitungan kasus positif COVID-19 yang dilakukan Kemenkes mengenai skenario penanganan COVID-19 tahun 2022, sebagai berikut:

Skenario A (kondisi endemi)

  • Kasus per 31 Mei 2021 1.826.527 kasus
  • Kasus per 1 Maret 2021 1.341.314 kasus
  • Kenaikan kasus 485.213 kasus
  • Rata-rata kasus harian 5.274 kasus

Kasus setahun 1.925.030 kasus

Skenario B (bila ada lonjakan varian baru)

  • Kasus per 1 September 2021 4.100.138 kasus
  • Kasus per 30 Agustus 2020 174.796 kasus

Kasus setahun terakhir 3.925.342 kasus

Skenario Testing, Perawatan, Vaksinasi, Isolasi, Laboratorium

FOTO: Layanan Swab Gratis
Tenaga kesehatan Puskesmas Kecamatan Menteng melakukan tes usap antigen dan PCR di Taman Amir Hamzah, Jakarta, Selasa (7/8/2021). Layanan Seruling (swab seru keliling) gratis tersebut digelar setiap hari Selasa, Kamis dan Jumat di sejumlah lokasi di kawasan Menteng. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Skenario penanganan COVID-19 tahun 2022, menurut Budi Gunadi Sadikin, berpengaruh terhadap pemeriksaan (testing), perawatan, dan isolasi. Namun, dari sisi vaksinasi tidak berubah, baik skenario endemi maupun skenario kalau ada lonjakan kasus ketiga, Indonesia tetap menjalankan vaksinasi.

"Vaksinasi nanti dengan dosis ketiga dan juga vaksinasi usia yang baru masuk usia 12 tahun. Tapi untuk sekarang, testing, perawatan, dan isolasi itu nanti akan berubah tergantung dari berapa jumlah kasus aktif ya," paparnya.

"Kalau skenario A (endemi), ada 28 juta testing dan B 58 juta testing. Perawatan juga sama, kalau skenario A, ada 20 persen pasien yang dirawat dari (estimasi perhitungan kasus) 1,9 juta dan B 20 persen dari 3,9 juta juga dengan isolasi."

Untuk skenario pemeriksaan deteksi virus Corona pada masing-masing laboratorium akan dirapikan dengan kapasitas berubah di seluruh pemeriksaan tes PCR. Laboratorium bisa 2 hari atau maksimal 2 hari keluar pemeriksaan tes PCR.

"Kami juga mempersiapkan jaringan Whole Genome Sequencing (WGS) untuk memastikan di seluruh Indonesia. Kalau ada varian-varian baru, testing-nya juga kami akan merapikan. Seluruh puskesmas akan kami latih kembali (deteksi varian)," tambah Menkes Budi Gunadi.

"Kami akan pastikan sistemnya juga disederhanakan agar pelaporannya bisa lengkap. Kemudian pelacakan (tracing) yang sekarang sudah mulai membaik, lalu akan dipastikan terus kami jalankan dengan aplikasi sederhana."

Skenario Perawatan Pasien Isolasi

Pasien Covid-19 Tanpa Gejala Mulai Isolasi Mandiri di Hotel
Pasien tanpa gejala Covid-19 disemprot disinfektan saat tiba di Hotel U Stay Mangga Besar, Sawah Besar, Jakarta, Senin (28/9/2020). Saat ini sudah ada 30 hotel bintang dua dan tiga yang disiapkan menjadi tempat isolasi pasien Covid-19 tanpa gejala. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Budi Gunadi Sadikin melanjutkan, skenario perawatan dan isolasi penanganan COVID-19 tahun 2022 ikut dipersiapkan. Hal ini termasuk pengadaan alat kesehatan, seperti oksigen hingga ventilator.

"Alhamdulillah, sekarang sudah memiliki infrastruktur yang cukup. Kami perhitungannya 20 kasus aktif dari 15 persen itu gejala sedang tidak perlu ICU, 5 persen ICU. Kami nanti akan mulai mempersiapkan oksigen  generator dan oksigen konsentrator," lanjutnya

"Kami akan menambah beberapa ventilator yang akan distribusikan ke provinsi-provinsi. Khusus isolasi, kami sudah bisa memperkirakan berapa kira-kira isolasi terpusat yang dibutuhkan dan isolasi mandiri (isoman)."

Untuk isolasi mandiri akan dipersiapkan paket-paket obat juga layanan telemedicine untuk bisa lengkap memberikan layanan obat-obatan maupun memberikan layanan kesehatan kepada orang-orang yang isoman.

Persiapan layanan isolasi, terang Menkes Budi Gunadi pun melihat data 80 persen dari kasus aktif. Misal, skenario pertama yang kita ambil 1,9 juta, 80 persen di antaranya akan isolasi tak hanya di rumah sakit, baik isolasi terpusat maupun isolasi mandiri

Skenario Penguatan WGS hingga Uji Klinik Obat

FOTO: Cegah Penyebaran COVID-19, Pewarta Jalani Rapid Test Antigen
Petugas medis melaksanakan proses rapid test antigen pada salah satu pewarta di ruang wartawan Gedung KPK, Jakarta, Senin (16/11/2020). Rapid Test Antigen dilakukan untuk mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Pada skenario laboratorium penelitian, Kemenkes ingin memastikan bahwa uji WGS terhadap varian Virus Corona diperketat. 

"Dipastikan bahwa semua sampel yang masuk, terutama dari pintu-pintu perbatasan bisa kita cek dengan lebih cepat dan hasilnya bisa dishare (dibagikan) dengan teman-teman di daerah juga lebih cepat," terang Budi Gunadi Sadikin.

"Kita juga akan terus melakukan penelitian, salah satunya Vaksin Merah Putih di dalam negeri dan juga uji klinis obat. Sekarang berkembang banyak obat-obatan untuk COVID-19, kita sudah melakukan beberapa uji klinis di rumah sakit rumah sakit.

Adanya pengembangan penelitian obat diharapkan pasien COVID-19 bisa sembuh dengan lebih cepat.

Secara rinci, penguatan penelitian pada skenario penanganan COVID-19 2020, antara lain:

Whole Genome Sequencing

  • Peningkatan kapasitas laboratorium sekuensing anggota jejaring surveilansgenomik SARS-CoV-2
  • Integrasi data surveilans dan genom sekuensing
  • Isolasi dan karakterisasi virus SARS-CoV-2

Vaksin COVID-19 dalam negeri

  • Studi seroprevalensi COVID-19 pada populasi masyarakat umum di Indonesia
  • Studi efektivitas vaksin COVID-19 buatan dalam negeri (Vaksin Merah Putih)

Uji Klinik Obat

  • Studi lanjutan uji klinis obat COVID-19

Infografis Awas Covid-19 Varian Lambda Terdeteksi di 30 Negara

Infografis Awas Covid-19 Varian Lambda Terdeteksi di 30 Negara. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Awas Covid-19 Varian Lambda Terdeteksi di 30 Negara. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya