Liputan6.com, Jakarta Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyorot soal empat provinsi di Pulau Jawa yang mengalami kenaikan mobilitas usai adanya pelonggaran aktivitas sosial. Terkait naiknya mobilitas masyarakat, epidemiolog Dicky Budiman mengingatkan masih sangat bisa terjadi ledakan kasus COVID-19.
"Sangat bisa (terjadi ledakan kasus COVID-19)," kata Dicky.
Baca Juga
Ledakan kasus COVID-19 terjadi bukan karena kenaikan mobilitas semata tapi juga didukung beberapa faktor lain. Pertama, pemahaman masyarakat atas peta situasi yang belum memadai. Hal ini terutama terjadi di luar Pulau Jawa.
Advertisement
"Yang kemudian ini memicu respons yang tidak benar ya karena datanya tidak benar. Itu karena tracing dan testing yang tidak adekuat," kata peneliti dari Griffith University Australia itu ke Health-Liputan6.com.
Faktor selanjutnya adalah fenomena balas dendam kebebasan mobilitas. Jadi, selama ini masyarakat harus menahan diri tidak bepergian lalu ketika ada pelonggaran aktivitas sosial digunakan secara maksimal.
"Cenderung ini akan meningkat di Desember ya, memang di Desember kan banyak hari libur bersama," kata Dicky.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Cakupan Vaksinasi Belum Tinggi
Dicky juga mengungkapkan bahwa mobilitas yang meningkat bisa saja menyebabkan ledakan kasus COVID-19 mengingat jumlah orang yang divaksin COVID-19 di Indonesia dosis lengkap belum banyak.
"Yang divaksin lengkap baru 20-an persen (dari target). Menurut saya akhir tahun baru 40 persen yang sudah divaksin dosis lengkap," tuturnya.
"Jadi, mayoritas ini masih rawan ditambah juga dengan Delta variant. Varian ini sangat serius," katanya.
Saat ini varian Delta masih paling banyak penyebab masyarakat terinfeksi COVID-19. Varian ini dikenal bisa menular virus Corona lebih cepat. Di luar Pulau Jawa tampak mulai terjadi kenaikan kasus karena varian ini.
"Ini semua jadi kombinasi ideal (terjadi ledakan kasus) kalau tidak diperbaiki," tandasnya.
Sebelumnya, WHO mengatakan sepekan terakhir terjadi peningkatan mobilitas masyarakat ke tempat perbelanjaan dan rekreasi yang sudah sama seperti sebelum pandemi pada tanggal 3-6 Januari 2020.
Hal ini WHO ungkapkan dalam laporan COVID-19 Situation Report 73 per 22 September 2021.
Peningkatan mobilitas yang paling terlihat di sektor perbelanjaan dan rekreasi di empat provinsi di Pulau Jawa.
"Peningkatan mobilitas paling mencolok terlihat tempat perbelanjaan (retail) dan rekreasi, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten, di mana tingkat mobilitas prapandemi mencapai puncaknya pada 27 Agustus 2021," tulis WHO.
Bila menilik pada data Google Mobility Reports per 18 September 2021 terjadi kenaikan mobilitas masyarakat Jawa Barat dari rumah ke toko perlengkapan sehari-hari, pasar, dan farmasi sebesar 26 persen. Hal yang sama juga terjadi di Jawa Tengah sebesar 24 persen, Jawa Timur 24 persen dan Banten 17 persen.
Mengenai peningkatan mobilitas masyarakat di beberapa titik WHO mengingatkan agar pemerintah membuat rumusan rencana konkret dalam mengantisipasi dan mengurangi kemungkinan penularan infeksi COVID-19.
"Serta menyiapkan mitigasi kesehatan bila ada peningkatkan kapasitas pasien di tingkat nasional dan daerah," kata WHO.
Â
Advertisement