Serba Digital, Transformasi Teknologi Kesehatan di RS Pondok Indah Kian Memudahkan Pasien Berobat

Adanya digitalisasi data dan alat-alat kedokteran yang canggih pun menambah keakuratan diagnosis penyakit.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 10 Jan 2022, 15:55 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2022, 16:00 WIB
Rumah Sakit
RS Pondok Indah - Bintaro Jaya menggunakan konsep green and homey untuk membuat pasien merasa nyaman. (Dok RS Pondok Indah Group)

Liputan6.com, Jakarta Kehadiran teknologi kesehatan yang berkembang pesat semakin memberikan manfaat bukan hanya pada tenaga medis melainkan juga pasien. Adanya digitalisasi data dan alat-alat kedokteran yang canggih pun menambah keakuratan diagnosis penyakit.

“Dengan kecanggihan dan integrasi teknologi saat ini yang diterapkan pada ratusan alat medis, proses penegakkan diagnosis, deteksi dini, identifikasi, serta penanganan beragam gangguan kesehatan menjadi lebih cepat dan akurat sehingga meminimalisir risiko, mengoptimalkan hasil penatalaksanaan, dan memaksimalkan kenyamanan pasien,” kata Chief Executive Officer RS Pondok Indah Group, dr. Yanwar Hadiyanto, MARS dalam acara Konferensi Pers “Terus Berinovasi Selama 35 Tahun, RS Pondok Indah Group Dukung Transformasi Teknologi dan Digitalisasi dalam Dunia Kesehatan”, ditulis Jumat (7/1/2022).

Di RS Pondok Indah Group, kata Yanwar, seluruh data rekam medis pasien tersimpan dengan baik dan rapi secara digital sehingga dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dengan jauh lebih baik.  Ia menggambarkan bagaimana sulitnya petugas menemukan rekam medis pasien yang puluhan tahun berobat. 

“Zaman dulu kan rekam medis bentuknya printing, seperti USG sehingga sangat susah dicarinya. Bayangkan, pasien di rumah sakit telah berobat sejak 10-20 tahun lalu, jadi datanya itu dibawa menggunakan troli saja tidak cukup–saking istilahnya penyakitnya banyak dan kronis,” kata Yanwar.

Untuk meminimalisasi waktu dan kelengkapan data untuk mendukung diagnosis itu, dibutuhkan digitalisasi data rekam medis pasien.

 

Simak Video Berikut Ini:

Teknologi restorasi gigi

Perangkat modalitas pencitraan pun mengalami banyak perkembangan. Salah satunya yang dimiliki RS Pondok Indah adalah introral scanner dan computer aided design/computer aided manufacturing (CAD/CAM). Teknologi untuk restorasi gigi ini dibuat menjadi lebih efisien, memiliki nilai akurasi yang semakin tinggi, dan peluasan manfaat, salah satunya pada dunia kesehatan gigi dan mulut (digital dentistry). 

Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia RS Pondok Indah – Pondok Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya drg. Jonan Angkawidjaja, Sp.Pros mengatakan, dengan perangkat ini, restorasi gigi berupa crown, bridge, ataupun implan menjadi lebih cepat prosesnya. Hal ini dikarenakan perangkat tersebut dapat memberikan tampilan simulasi 3D, kontak antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah dalam hubungan horizontal maupun vertikal (oklusi), dengan akurasi tinggi.

“Apabila ditemukan indikasi pemasangan mahkota, jembatan, atapun implan gigi, maka rencana perawatan memerlukan keakuratan yang tinggi. Kini, bukan hanya akurat, kecepatan pengerjaan dan kenyamanan pasien pun menjadi prioritas yang harus diperhitungkan sehingga perkembangan teknologi dan transformasi digital dentistry sangat membantu,” ujarnya.

Keakuratan hasil pencitraan ini dapat membantu memaksimalkan diagnosis serta mempersiapkan rencana perawatan yang tepat dan terbaik untuk para pasien. Selain itu, proses pembuatan restorasi gigi juga relatif lebih cepat (1-3 hari) karena proses pencetakan dan transfer data untuk proses produksi sudah dilakukan secara digital, tanpa perlu melalui proses pencetakan gigi secara manual atau konvensional.

 

Teknologi dalam pemeriksaan darah

Perkembangan teknologi di laboratorium untuk pemeriksaan darah juga dilakukan. RS Pondok Indah Group menjadi rumah sakit pertama yang melengkapi unit laboratorium dengan teknologi terkini digital morphology analyzer. 

Dokter Spesialis Patologi Klinik RS Pondok Indah – Pondok Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dr. Thyrza Laudamy Darmadi, Sp.PK, menjelaskan, teknologi yang digunakan untuk memvalidasi morfologi darah terus berkembang. Sensitivitas alat terbaru yang semakin tinggi dapat membantu deteksi dini kelainan atau keganasan darah dengan lebih efisien sehingga penanganan dan pencegahan penyakit menjadi lebih terkendali. 

“Dengan teknologi digital morphology analyzer ini, standar quality control (QC) juga meningkat karena adanya standardisasi pengerjaan dengan bantuan artificial intelligence (AI) dan meminimalisir adanya human error. Hasil pemeriksaan yang berbentuk arsip digital juga mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan data dan memudahkan apabila suatu saat diperlukan peninjauan ulang,” ujarnya.

Dengan alat canggih ini, proses validasi morfologi pada sampel darah tidak lagi dilakukan secara manual dengan menggunakan mikroskop analog, melainkan secara digital dengan bantuan artificial intelligence (AI) dan kecanggihan kamera dengan lensa perbesaran tertentu yang ditampilkan di layar monitor. 

Jika dahulu hasil pemeriksaan membutuhkan waktu satu sampai dua jam karena dilakukan secara manual dan konvensional, kini hasil pemeriksaan bisa didapat dengan kecepatan dan sensitivitas tinggi, yakni dalam waktu kurang lebih 30 menit.

dr Thyrza juga mengatakan, sejauh ini, jika sel yang ditemukan normal maka alat dapat mengklasifikasikannya dengan baik, sehingga dokter dapat fokus untuk memvalidasi sel yang tidak normal. Hal ini sangat membantu dalam efisiensi dan juga produktivitas di laboratorium yang sangat diperlukan pada era pandemi saat ini.

“Dengan adanya sistem ini, tim laboratorium dapat mempertahankan kualitas hasil pemeriksaan hematologi meskipun terdapat tuntutan lain yang membagi fokus tenaga kerja laboratorium, misalnya pada pemeriksaan PCR,” ujarnya.

dr Thyrza memberikan contoh kasus yang pernah dialami salah seorang pasien di RS Pondok Indah. 

Suatu hari, pasien datang ke IGD dengan keluhan demam 3 hari, batuk, dan sakit kepala. Tidak ada riwayat penyakit kronis sebelumnya. Pada saat itu IGD langsung meresepkan pemeriksaan hematologi lengkap beserta dengan biomarker lainnya yang sesuai dengan kondisi pasien.

Dalam waktu 26 menit, laboratorium menginformasikan nilai kritis untuk blast sehingga pasien langsung dirawat dan diberikan kemoterapi yang sesuai.

“Pada saat itu, pandemi COVID-19 sedang sangat gawat sehingga fokus di laboratorium adalah optimalisasi pemeriksaanPCR. Jika RS Pondok Indah belum menggunakan sistem digital ini, ada potensi bahwa pasien terdiagnosis lebih lambat dan terdapat kemungkinan kondisi pasien memburuk,” jelasnya.

 

Pemeriksaan apa saja yang menggunakan digital morphology?

Secara garis besar, kelainan morfologi darah dapat tertangkap oleh digital morphology. Namun, sama halnya seperti mikroskop tradisional, alat digital morphology tidak dapat menyimpulkan suatu penyakit, sehingga tetap perlu ekspertis dari seorang Dokter Spesialis Patologi Klinik.

“Kelainan morfologi dari sel darah putih, darah merah, dan juga penggumpalan trombosit dapat tertangkap oleh digital morphology. “Alat yang RS Pondok Indah gunakan dapat menangkap 17 tipe sel darah putih, baik normal maupun tidak normal, serta 6 karakter sel darah merah yang tidak normal. Dengan demikian, sebenarnya sudah cukup lengkap untuk indikasi pemeriksaan/intervensi klinis lebih lanjut.”

Namun untuk saat ini RS Pondok Indah menggunakan alat Digital Morphology hanya untuk pemeriksaan hematologi saja. Namun, ke depannya dapat dikembangkan untuk scanning sampel lain, seperti:

• PAP Smear,

• Pewarnaan gram,

• Jaringan,

• Bone marrow, dan

• Cairan tubuh

Contohnya:

• RET-He dapat membantu dalam early indicator serta monitoring pasien yang mengalami anemia

• IPF dapat membantu dalam membedakan penyebab dari thrombocytopenia sehingga penanganan pasien dapat lebih tepat. Selain itu, IPF juga sudah luas digunakan untuk memprediksi perbaikan jumlah trombosit pada pasien dengue

• WPC dapat membantu dalam membedakan lini dari leukemia akut, sehingga pasien dapat diberikan intervensi klinis sementara menunggu hasil immunophenotyping

Sistem robotik biopsi untuk deteksi kanker prostat

Robotic Prostate Biopsy pun menjadi andalan perawatan bagi pria. Teknologi ini dinilai mampu mendeteksi kanker prostat sejak dini sehingga dapat meningkatkan keberlangsungan hidup pasien.

Dokter spesialis bedah urologi dr Hery Tiera, Sp.U mengatakan, teknologi robotik MRI/US Fusion Prostate Biopsy ini memiliki detection rate lebih tinggi. 

“Biopsi akan dipandu oleh gambar dari pencitraan MRI. Potongan gambar hasil MRI yang dicurigai memiliki indikasi jaringan kanker akan dikontemplasi ke dalam sebuah robot platform yang akan melakukan scanning digital dan menggabungkannya dengan gambar USG real time, dan secara otomatis menentukan titik-titik lokasi biopsi selama proses pengambilan sampel jaringan,” katanya.

Menurut dr Hery, dibandingkan dengan metode lainnya, prognosisnya Robotic Prostate Biopsy pun lebih baik.

"Tindakan ini bersifat minimal invasif, sehingga mengurangi risiko komplikasi dan pendarahan pasca-tindakan, serta minim risiko infeksi dengan proses pemulihan yang lebih singkat, dan tanpa memerlukan rawat inap,” ungkap dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah – Pondok Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19
Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya